Menurut Mayo Clinic, pasangan yang mengalami infertilitas cenderung mendapatkan tekanan dari lingkungannya.
Sebab, lingkungannya berekspektasi pasangan tersebut untuk cepat-cepat mendapatkan buah hati.
Hal ini membuat seseorang harus mengalami stres berlebih karena tak mampu memenuhi ekspektasi tersebut.
Tak jarang juga, pasangan yang belum kunjung memiliki buah hati kerap membandingkan diri mereka dengan yang sudah memiliki pasangan.
Akibatnya, mereka dipenuhi rasa cemas dan meragukan diri sendiri.
Padahal, dilansir dari National Center of Biotechnology Information (NCBI), pasangan cenderung akan mengalami guncangan emosi sebagai akibat dari diagnosisnya.
Belum lagi, jika pasangan mendapatkan tekanan dari lingkungannya.
Ada risiko untuk mengalami depresi serta gangguan kecemasan dalam fase ini.
Baca Juga: Wajib Tahu! Apa Saja Penyebab Sulit Hamil Pada Wanita? Simak Faktanya
Dilansir dari NCBI, ada penelitian yang mengatakan, pasangan yang tidak subur memiliki kecenderungan untuk mendapatkan gejala gangguan psikologis sebanyak 25 hingga 60 persen dibandingkan yang dinyatakan subur.
Gejala yang ditunjukkan adalah gejaka gangguan kecemasan dan depresi.
Menurut Verywell Family, pasangan yang dinyatakan tidak subur juga cenderung mendapat tekanan karena masalah finansial.
Beberapa pasangan mengikuti program kehamilan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sering kali program seperti ini memakan biaya yang cukup banyak.
Belum lagi, karena terlalu sering, ada kecenderungan melakukan hubungan seksual sebagai sebuah kewajiban.
Dilansir dari WebMD, pasangan yang mengalami stres juga memiliki kecenderungan untuk marah pada dirinya sendiri dan menjadi kurang memerhatikan dirinya sendiri.
Source | : | WebMD,Mayo Clinic,Everyday Health,NCBI,Verywell Family,Better Health |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR