Nakita.id - Banyak yang menghubungkan antara ketidaksuburan yang dialami pasangan suami-istri dengan stres.
Suami dan istri sudah mencoba dengan berbagai cara untuk mendapat momongan, namun belum juga terwujudkan.
Apakah stres dan ketidaksuburan ada kaitannya?
Banyak yang menyangka bahwa salah satu penyebab ketidaksuburan adalah stres.
Namun, sampai saat ini belum ada informasi atau penelitian lebih lanjut yang bisa menjelaskan bahwa stres adalah salah satu penyebab ketidaksuburan.
Peneliti belum bisa membuktikan apakah stres benar-benar bisa membuat pasangan mengalami ketidaksuburan.
Sehingga, sampai saat ini, penyebab ketidaksuburan diduga terjadi karena kondisi fisik baik pria maupun wanita.
Wanita akan dinyatakan infertil atau tidak subur apabila mengalami kesulitan untuk memproduksi sel telur.
Baca Juga: Benarkah Berat Badan Berlebih Jadi Salah Satu Penyebab Infertilitas? Ini Faktanya
Sel telur tak mampu menempel pada uterus sehingga tak mampu untuk dibuahi sperma.
Pria yang dinyatakan tidak subur juga mengalami masalah pada kualitas dan jumlah spermanya.
Sebanyak satu per tiga masalah infertilitas disebabkan dari pihak wanita, satu per tiga lainnya dari pihak pria.
Sedangkan, satu per tiga sisanya adalah kombinasi dari keduanya, atau belum diketahui apa penyebab ketidaksuburannya.
Walaupun belum ada penelitian yang betul-betul membuktikan bahwa stres menyebabkan infertilitas, keduanya memang memiliki kaitan satu sama lain.
Dilansir dari Verywell Family, pasangan yang belum juga dikaruniai momongan dan dinyatakan infertil akan rentan terkena stres.
Sebab, keinginan untuk memiliki buah hati belum juga terwujud, sehingga memengaruhi kondisi psikologis.
Menurut Mayo Clinic, pasangan yang mengalami infertilitas cenderung mendapatkan tekanan dari lingkungannya.
Sebab, lingkungannya berekspektasi pasangan tersebut untuk cepat-cepat mendapatkan buah hati.
Hal ini membuat seseorang harus mengalami stres berlebih karena tak mampu memenuhi ekspektasi tersebut.
Tak jarang juga, pasangan yang belum kunjung memiliki buah hati kerap membandingkan diri mereka dengan yang sudah memiliki pasangan.
Akibatnya, mereka dipenuhi rasa cemas dan meragukan diri sendiri.
Padahal, dilansir dari National Center of Biotechnology Information (NCBI), pasangan cenderung akan mengalami guncangan emosi sebagai akibat dari diagnosisnya.
Belum lagi, jika pasangan mendapatkan tekanan dari lingkungannya.
Ada risiko untuk mengalami depresi serta gangguan kecemasan dalam fase ini.
Baca Juga: Wajib Tahu! Apa Saja Penyebab Sulit Hamil Pada Wanita? Simak Faktanya
Dilansir dari NCBI, ada penelitian yang mengatakan, pasangan yang tidak subur memiliki kecenderungan untuk mendapatkan gejala gangguan psikologis sebanyak 25 hingga 60 persen dibandingkan yang dinyatakan subur.
Gejala yang ditunjukkan adalah gejaka gangguan kecemasan dan depresi.
Menurut Verywell Family, pasangan yang dinyatakan tidak subur juga cenderung mendapat tekanan karena masalah finansial.
Beberapa pasangan mengikuti program kehamilan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sering kali program seperti ini memakan biaya yang cukup banyak.
Belum lagi, karena terlalu sering, ada kecenderungan melakukan hubungan seksual sebagai sebuah kewajiban.
Dilansir dari WebMD, pasangan yang mengalami stres juga memiliki kecenderungan untuk marah pada dirinya sendiri dan menjadi kurang memerhatikan dirinya sendiri.
Walaupun belum ada yang bisa membuktikan apakah stres benar-benar bisa memengaruhi tingkat kesuburan, namun stres juga perlu untuk diatasi.
Sebab, salah satu ciri orang yang sedang mengalami stres, atau bahkan sampai pada tahap depresi dan gangguan kecemasan, akan mempengaruhi nafsu makannya.
Dilansir dari Everyday Health, gangguan depresi akan membuat seseorang bisa saja berkurang nafsu makan, namun bisa juga menunjukkan gejala nafsu makan yang berlebih.
Sehingga, dalam fase ini, berat badan orang akan terpengaruh.
"Perubahan drastis berat badan, baik berkurang maupun bertambah, bisa jadi gejala depresi," jelas Gary Kennedy, MD, dikutip dari Everyday Health.
Perubahan drastis ini bisa jadi gejala kelebihan atau kekurangan berat badan yang bisa memengaruhi tingkat kesuburan.
Baik orang yang kelebihan berat badan maupun yang kekurangan berat badan akan mengalami perubahan pada hormon.
Wanita yang mengalami kelebihan atau kekurangan berat badan akan mengalami masalah pada siklus mestruasi dan ovulasi.
Pria yang mengalami kelebihan atau kekurangan berat badan juga akan mengalami masalah pada kualitas sperma yang dihasilkan.
Permasalahan gangguan psikologis pada pasangan yang dinyatakan infertilitas ini hanya akan menambah gejala infertilitas.
Sehingga, keduanya kerap kali disarankan untuk melakukan gaya hidup yang sehat.
Lalu, apakah jika kemudian dikaruniai momongan, keadaan akan lebih baik?
Jawabannya, belum tentu.
Malah ada kemungkinan stres selama menjalani kehamilan akan berisiko untuk mengalami postpartum depression.
Postpartum depression adalah gejala depresi setelah melahirkan.
Lantas, apa tips yang bisa diberikan pada pasangan yang dinyatakan tidak subur?
Pertama, keduanya perlu mengenai emosinya sendiri terlebih dahulu.
Karena banyaknya tekanan, baik dari luar maupun dari dalam diri mereka sendiri, mereka perlu mencari cara untuk menangani hal tersebut.
Ada perasaan campur aduk antara sedih dan cemas akan ekspektasi lingkungannya.
Dilansir dari Verywell Family, pasangan yang dinyatakan tidak subur akan merasakan takut akan penolakan, takut akan penilaian buruk orang lain, dan malu.
Setelah mampu mengenali perasaannya, pikirkan lagi yang dirasakan dengan menanyakan 3 W, yaitu:
What: Apa yang dirasakan?
Where: Dari mana perasaan tersebut berasal?
Baca Juga: Patut Diketahui Jika Moms Ingin Cepat Hamil, Coba Konsumsi Teh Hijau
Who: Cemas, malu, atau takut kepada siapa?
Menanyakan pertanyaan seperti itu pada diri sendiri, nantinya akan lebih mudah memahami emosi diri sendiri dan mampu untuk mencari pertolongan dari orang lain.
Kedua, mintalah dukungan dari keluarga.
Menurut penelitian, terbuka terhadap kenyataan bahwa dirinya mengalami permasalahan dengan tingkat kesuburan, akan lebih membantu dalam mengatasi stres.
Sehingga, ada baiknya jika meminta dukungan sosial dari teman dan keluarga.
Terakhir, meminta pertolongan dari yang ahli juga bisa menjadi pilihan yang tepat.
Datang bersama pasangan pada ahli psikologi dapat membantu meringankan stres.
Source | : | WebMD,Mayo Clinic,Everyday Health,NCBI,Verywell Family,Better Health |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR