Nakita.id - Siapa, sih, yang jadi tempat untuk anak curhat apabila dirinya sedang dalam masalah, baik itu masalah di sekolah ataupun masalah dengan temannya?
Atau mungkin, saat ia mengalami hal yang menyenangkan selama bersekolah, misalnya mendapat teman baru atau mendapat nilai bagus.
Tentunya, Moms terus berusaha untuk menjadi tempat anak membagikan ceritanya.
Ketika anak mampu mengkomunikasikan perasaan dan pemikirannya kepada orangtuanya, Moms dan Dads patut bangga.
Sebab, Moms dan Dads mampu membangun komunikasi yang baik dengan anak.
Komunikasi yang baik dengan anak juga salah satu faktor penting dalam keluarga, lo, Moms.
Sebab, tak jarang, komunikasi yang buruk dengan anggota keluarga, terutama dengan anak bisa berujung pada kekerasan terhadap anak.
Tahukah Moms, kekerasan terhadap anak semakin meningkat di masa pandemi ini.
Dilansir dari Kompas.com, tahun 2021 ini Indonesia kasus kekerasan terhadap anak setidaknya ada 3000 kasus sampai bulan Juli.
Salah satu faktornya adalah kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi yang dilaksanakan secara daring.
Mengutip dari laman Pusat Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial, mengatur ulang komunikasi adalah hal yang penting untuk dilakukan demi mengurangi kekerasan di dalam keluarga.
Komunikasi di dalam keluarga dibutuhkan untuk mengatasi ketidakseimbangan di dalam keluarga yang salah satunya menyebabkan kekerasan terhadap anak.
Saat ini, pemerintah terus menanggulangi berbagai macam bentuk kekerasan terhadap anak.
Moms dan Dads juga perlu mengetahui caranya agar kekerasan terhadap anak tak terjadi di dalam keluarga tercinta.
Menjelang Hari Anti Kekerasan Internasional, Nakita.id merangkum beberapa tips yang bisa dilakukan Moms dan Dads untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak.
Sebelumnya, di Hari Anti Kekerasan Internasional ini, Moms dan Dads wajib tahu berbagai bentuk kekerasan terhadap anak.
Dilansir dari Medical News Today, ada empat bentuk kekerasan terhadap anak, di antaranya kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Perlu Moms dan Dads ketahui, kekerasan terhadap anak cenderung lebih menyoroti kekerasan fisik.
Tentu saja kekerasan fisik banyak terjadi dalam kasus kekerasan terhadap anak.
Namun, yang kurang diketahui banyak orang, kekerasan verbal dan mental juga menjadi salah satunya.
Apalagi, masih banyak orang yang kurang bisa memahami dan membedakan antara kekerasan verbal dengan mendisiplinkan anak.
Perbedaan kekerasan verbal dengan mendisiplinkan anak adalah akibat yang terjadi pada anak.
Jika anak kemudian bisa semakin berperilaku baik, maka itu bisa disebut dengan kedisiplinan.
Namun, jika bentuk mendisiplinkan diri itu membuat anak menjadi luka-luka, memar, bahkan sampai tidak bisa melakukan sesuatu seperti biasanya, ini yang disebut dengan kekerasan.
Untuk menghindari kekerasan terhadap anak, komunikasi yang baik dengan anak penting sekali untuk dibangun.
Berikut adalah tips membangun komunikasi yang baik dengan anak:
1. Pahami perasaan anak
Saat anak sedang sedih, bahagia, marah, atau kecewa, dibutuhkan empati dari Moms dan Dads.
Dilansir dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), empati sangat dibutuhkan saat memberikan respon terutama pada anak.
Dengan empati, kita bisa memahami dan memvalidasi apa yang anak rasakan.
Seterusnya, Moms dan Dads bisa menanyakan hal-hal yang bersifat reflektif pada anak.
Misalnya, 'Kamu senang hari ini pergi ke mall?' atau 'Kamu sedih nilaimu kalah bagus dengan A?'.
Pertanyaan yang reflektif ini membiarkan anak untuk merespon dan menjelaskan lebih lanjut tentang perasaannya.
Hal ini memang dibutuhkan active listening atau mendengarkan secara aktif dari orangtua.
Dilansir dari CDC, tiga cara untuk mendengarkan secara aktif pada anak diantaranya adalah:
- Membentuk kontak mata dengan anak
- Memperhatikan saat anak berbicara
- Usahakan berbicara sesuai dengan levelnya
- Ulangi pernyataannya sehingga anak merasa bahwa Moms dan Dads paham dengan perasaannya
2. Hindari mempermalukan anak
Dilansir dari Verywell Family, mempermalukan anak bukan salah satu cara untuk mendisiplinkan anak.
Mempermalukan anak bisa saja terjadi dengan cara memberitahu cerita untuk memanipulasi anak pada orang lain, atau membuat anak merasa buruk tentang dirinya.
Sayangnya, hal ini masih sering dilakukan untuk membuat anak bisa mengubah perilakunya.
Mempermalukan anak tak baik untuk hubungan anak dan orang tua dalam jangka panjang dan juga kepercayaan dirinya.
Kritik dan mempermalukan anak jauh berbeda, lo, Moms.
Mempermalukan anak bisa membuat anak menjadi tak nyaman dengan dirinya sendiri.
Akibatnya, ia menjadi anak yang rendah diri dan tidak mampu mengekspresikan emosinya.
3. Ajak anak untuk menemukan solusinya
Apabila anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan sesuatu, pastikan ajak anak untuk menemukan solusinya.
Hindari untuk menyuruh anak apa yang ia lakukan, apalagi jika masalah tersebut adalah masalahnya.
Ajak anak untuk menjadi lebih proaktif dalam permasalahannya.
Tanyakan kepada anak apa yang ia pikirkan tentang masalahnya tersebut.
Lalu, tanyakan, kira-kira apa yang bisa diubah dari hal tersebut.
Berikan juga pendapat Moms dan Dads sehingga ia bisa memikirkan bahwa sebenarnya ada banyak pilihan untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.
Apabila ia bisa memberikan solusi yang terdengar masuk akal, biarkan ia mencobanya.
Jika gagal, jangan mempermalukannya.
Katakan pada anak bahwa masih ada opsi lain yang sudah diperbincangkan sebelumnya.
Dukung anak untuk mencoba kembali menyelesaikan masalahnya.
Anak akan lebih mudah termotivasi dan nyaman berbicara pada orangtuanya.
Membangun komunikasi yang baik dengan anak bisa membuatnya menjadi lebih berperilaku baik.
Tak hanya itu, dengan membangun komunikasi anak juga menjadi lebih percaya diri.
Kepercayaan juga bisa dibangun sehingga tidak ada miskomunikasi antar anggota keluarga.
Selamat Hari Anti Kekerasan Internasional, untuk Moms, Dads, dan Si Kecil di rumah.
Source | : | Kompas.com,CDC,Medical News Today |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR