Nakita.id - Di masa pandemi ini, segala akses untuk kebutuhan di luar rumah menjadi sangat terbatas.
Orang terpaksa melakukan hampir semua hal dari dalam rumah untuk meminimalisasi penularan virus Covid-19.
Akibatnya, penggunaan ponsel untuk kehidupan sehari-hari mengalami peningkatkan.
Apapun bisa didapatkan melalui ponsel, mulai dari pengantaran makanan dan barang.
Yang semula koneksi setiap orang di masa pandemi menjadi terbatas, melalui ponsel semuanya bisa terkoneksi.
Informasi mengenai pandemi Covid-19 juga sangat mudah didapatkan melalui ponsel.
Apalagi, selama pandemi Covid-19, pemerintah membuka laman informasi satu pintu dimana masyarakat bisa mengetahui semua informasi seputar Covid-19.
Sayangnya, masih banyak pihak yang tak bertanggung jawab membuat kekhawatiran di tengah masyarakat.
Banyak orang-orang yang menyebarkan berita-berita tak benar mengenai Covid-19.
Akibatnya, orang menjadi kebingungan membedakan mana informasi yang benar mana yang tidak.
Banyak informasi yang akhirnya menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat.
Media sosial yang semula bermanfaat, malah menjadi sumber kecemasan masyarakat.
Kesehatan mental pun menjadi terpengaruh karena simpang siurnya pemberitaan di media sosial.
Menjelang hari kesehatan jiwa sedunia yang diselenggarakan tanggal 10 Oktober 2021 nanti, Moms harus mengetahui informasi seputar menjaga kesehatan mental di tengah pandemi.
Salah satu di antaranya dengan menulis jurnal dan membaca buku.
Perihal kaitan media sosial dengan kesehatan mental di tengah pandemi memang tengah menjadi perhatian, terutama para ahli.
Ahli psikiatri klinis dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat, Jeremy Tyler, PsyD, mengatakan bahwa sosial media erat kaitannya dengan kecemasan.
Menurutnya, misinformasi yang terjadi di media sosial juga kerap dibombardir dengan gambar yang terlihat mendekati fakta.
Tyler menyarankan apabila pemberitaan di media sosial sudah mulai membuat cemas, tak ada salahnya jika mengurangi penggunaan media sosial di ponsel.
Kita bisa menggantinya dengan kegiatan yang bisa meningkatkan kesehatan mental, salah satunya adalah membaca buku.
Dilansir dari Healthline, membaca buku bisa mengurangi gejala depresi yang disebabkan karena terisolasi dari jangkauan orang lain.
Ini berkaitan dengan kondisi masyarakat di tengah pandemi yang jauh dari interaksi secara langsung.
Membaca buku fiksi membuat kita menjadi menaruh empati pada tokoh dalam buku.
Akibatnya, kita bisa merasa terhibur dan tidak merasa sendirian selama pandemi.
Tak hanya buku fiksi saja.
Buku nonfiksi yang bertemakan self-help juga membantu kita menjadi lebih tenang selama pandemi.
Banyak yang tak mengetahui bahwa membaca buku dapat meningkatkan kesehatan mental.
Dilansir dari Psychology Today, membaca buku dapat meningkatkan kesembuhan bagi yang memiliki masalah dengan kesehatan mental.
Tahun 2013, sebuah penelitian membuktikan orang dengan gejala depresi menunjukkan kemajuan setelah membaca buku.
Tahun 2016, School of Public Health dari Yale University, Amerika Serikat berhasil membuktikan membaca buku mengurangi 20 persen risiko kematian.
Bagi Moms yang ingin mulai rutinitas membaca, Moms bisa memulai memilih buku yang tepat.
Buku fiksi merupakan pilihan yang tepat jika Moms ingin mendapatkan hiburan.
Jika Moms ingin mengenali lebih dalam mengenai kesehatan mental, Moms bisa memilih buku bertemakan self-help.
Buku bertemakan spiritual juga bisa dijadikan alternatif untuk lebih mengenali diri sendiri.
Buku biografi bisa menjadi alternatif jika Moms ingin mendapatkan inspirasi dari orang-orang terkenal.
Tak hanya membaca buku, menulis jurnal juga memberikan dampak yang baik untuk kesehatan mental kita.
Dengan menulis jurnal, cara berpikir kita menjadi lebih terorganisir dengan baik.
Dilansir dari University of Rochester Medical Center, berikut manfaat yang didapatkan dari menulis jurnal:
Baca Juga: Lakukan 3 Tips Self-Care Ini untuk Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi
1. Mengatur kecemasan
2. Mengurangi stres
3. Mengatasi depresi
Menulis jurnal bisa dengan mencurahkan apa yang menjadi pemikiran atau apa yang kita rasakan.
Apalagi jika kita merasa ragu dan merasa cemas.
Menulis jurnal bisa membantu kita mengetahui apa yang sebenarnya kita cemaskan dan takutkan.
Seterusnya, kita bisa menentukan langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut.
Kita juga bisa melakukan positive self-talk pada diri kita sendiri dan mengenali perilaku mana yang buruk.
Sehingga kita bisa mengetahui bagaimana cara mengurangi perilaku yang kurang baik.
Perlu Moms ketahui, berikut tips yang bisa dilakukan untuk memulai menulis jurnal sehari-hari:
1. Menulis setiap hari
Setidaknya luangkan beberapa menit untuk menulis setiap harinya.
Menulis jurnal setiap hari membuat kita lebih mudah memahami apa yang dialami setiap harinya.
Tuliskan apa yang dirasakan dan dilakukan di hari itu.
Tak hanya tentang apa yang dirasakan dan dilakukan, Moms bisa menuliskan apa yang terjadi hari itu.
Misalnya, hari ini melihat seseorang menolong lansia menyeberang jalan.
Curahkan apa yang Moms rasakan saat melihat peristiwa tersebut.
2. Jurnal di tempat yang mudah dijangkau
Tempatkan jurnal di tempat yang mudah dijangkau, misalnya di meja samping tempat tidur.
Menulis jurnal sebelum tidur adalah waktu yang paling tepat.
Apabila Moms lebih suka tempat yang lebih privat, Moms bisa mengetik jurnal di ponsel.
Unduh aplikasi jurnal di ponsel dan luangkan waktu untuk menulis sebelum tidur.
Di masa pandemi ini, membaca buku dan menulis jurnal bisa dijadikan sarana untuk menjaga kesehatan mental.
Selamat hari kesehatan jiwa sedunia, ya, Moms.
Source | : | Healthline,Psychology Today,Pennmedicine.org |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR