Perihal kaitan media sosial dengan kesehatan mental di tengah pandemi memang tengah menjadi perhatian, terutama para ahli.
Ahli psikiatri klinis dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat, Jeremy Tyler, PsyD, mengatakan bahwa sosial media erat kaitannya dengan kecemasan.
Menurutnya, misinformasi yang terjadi di media sosial juga kerap dibombardir dengan gambar yang terlihat mendekati fakta.
Tyler menyarankan apabila pemberitaan di media sosial sudah mulai membuat cemas, tak ada salahnya jika mengurangi penggunaan media sosial di ponsel.
Kita bisa menggantinya dengan kegiatan yang bisa meningkatkan kesehatan mental, salah satunya adalah membaca buku.
Dilansir dari Healthline, membaca buku bisa mengurangi gejala depresi yang disebabkan karena terisolasi dari jangkauan orang lain.
Ini berkaitan dengan kondisi masyarakat di tengah pandemi yang jauh dari interaksi secara langsung.
Membaca buku fiksi membuat kita menjadi menaruh empati pada tokoh dalam buku.
Akibatnya, kita bisa merasa terhibur dan tidak merasa sendirian selama pandemi.
Tak hanya buku fiksi saja.
Buku nonfiksi yang bertemakan self-help juga membantu kita menjadi lebih tenang selama pandemi.
Banyak yang tak mengetahui bahwa membaca buku dapat meningkatkan kesehatan mental.
Dilansir dari Psychology Today, membaca buku dapat meningkatkan kesembuhan bagi yang memiliki masalah dengan kesehatan mental.
Tahun 2013, sebuah penelitian membuktikan orang dengan gejala depresi menunjukkan kemajuan setelah membaca buku.
Tahun 2016, School of Public Health dari Yale University, Amerika Serikat berhasil membuktikan membaca buku mengurangi 20 persen risiko kematian.
Source | : | Healthline,Psychology Today,Pennmedicine.org |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR