Nakita.id - Sebelum pandemi menyerang, akses terhadap kebutuhan sehari-hari sangat mudah untuk didapatkan.
Orang dengan mudah pergi ke pusat perbelanjaan beramai-ramai, membeli kebutuhan sehari-hari tanpa rasa khawatir.
Kebutuhan pelengkap seperti akses akan hiburan dan waktu senggang juga mudah didapatkan.
Duduk bersebelahan dengan orang asing di dalam bioskop bukan jadi suatu masalah.
Pergi liburan ke daerah lain juga tidak perlu khawatir, apakah kita membawa penyakit atau akan membawa penyakit setelah pulang dari tempat berlibur.
Kehadiran pandemi membuat semua akses terhadap kebutuhan utama maupun pelengkap tersebut menjadi amat sangat terbatas.
Orang diharuskan untuk melakukan aktivitas dari dalam rumah agar penularan virus Covid-19 bisa dikendalikan.
Namun, ternyata melakukan aktivitas dari rumah ternyata tak semudah yang dipikirkan.
Baca Juga: Kabar Baik! Orang Hebat Ini Bongkar Cara Sederhana Agar Tidak Sakit Selama Pandemi Covid-19
Orang mengalami berbagai macam masalah ekonomi selama pandemi.
Belum lagi merasa terisolasi karena diharuskan untuk tidak terlalu sering melakukan kontak dengan orang lain karena gejala Covid-19 cenderung susah untuk diidentifikasi.
Karena hal ini, banyak orang mengalami stress pada masa pandemi.
Menurut WHO, setidaknya 93 persen orang di seluruh dunia mengalami masalah pada kesehatan mental dan membutuhkan penanganan ahli.
Sayangnya, tidak semua negara beruntung memiliki akses terhadap penanganan masalah kesehatan mental.
Sebanyak 130 negara tidak memiliki layanan untuk penanganan isu kesehatan mental yang baik.
Menjelang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini, wajib untuk diketahui pentingnya menjaga kesehatan mental di tengah pandemi.
Keterbatasan masyarakat akan akses terhadap kebutuhan sehari-hari memicu perkembangan stress.
Akibatnya, dilansir dari WHO, di masa pandemi ini kenaikan terhadap jumlah konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, insomnia, dan kecemasan.
Tak hanya orang dewasa saja yang mengalami.
Masalah kesehatan mental juga dialami oleh berbagai macam golongan.
Dari data yang didapat oleh WHO, setidaknya 72 persen remaja dan anak-anak juga mengalami masalah pada kesehatan mental.
Ibu-ibu yang sedang hamil dan ibu-ibu yang baru saja melahirkan juga menjadi kelompok rentan masalah kesehatan mental selama pandemi.
Setidaknya 61 persen dari ibu hamil dan ibu yang baru saja melahirkan mengalami gangguan terhadap mental.
Selain masalah penanggulangan penularan Covid-19, masalah gangguan kesehatan mental di masa pandemi juga memerlukan perhatian.
Mengapa begitu?
Sudah disebutkan di awal bahwa tak semua negara di dunia memiliki akses yang memadai pada layanan kesehatan mental.
Ada sebanyak 89 persen penduduk dunia yang menyetujui dibukanya akses yang lebih lebar terhadap layanan kesehatan mental di masa pandemi.
Tentu saja, ini perlu andil dari Pemerintah, tertama mengenai bantuan finansial.
Sayangnya, dari keseluruhan negara di dunia hanya sebanyak 17 persen yang mampu menyediakan layanan kesehatan mental yang baik untuk masyarakatnya.
Walaupun stress berkepanjangan berdampak buruk pada kesehatan mental dan akan membutuhkan penanganan ahli, sebenarnya stress bisa ditangani sedari dini.
Ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan untuk menangani stress selama masa pandemi.
Tahukah, Moms, bahwa media sosial merupakan salah satu pemicu utama masalah kesehatan mental di masa pandemi?
Media sosial memang sangat dekat dengan kita, apalagi selama pandemi menyerang.
Di masa pandemi, orang dapat dengan mudah mendapatkan akses di media sosial.
Dilansir dari Penn Medicine News, setidaknya perusahaan media sosial mengalami peningkatan interaksi melalui aplikasi tersebut sebanyak 61 persen, selama gelombang pertama pandemi.
Dengan media sosial, orang merasa lebih terkoneksi dengan dunia luar dan juga menghibur.
Media sosial mampu memberikan akses terhadap kebutuhan utama, dan juga kebutuhan pelengkap seseorang yang hilang selama pandemi.
Namun, dari temuan Jeremy Tyler, PsyD, sosial media memiliki dampak bagi kesehatan mental seseorang.
Profesor psikiatri klinis di University of Pennsylvania, Amerika Serikat ini menemukan adanya kecenderungan seseorang untuk berperilaku cemas, perfeksionis, kerap membandingkan diri sendiri karena sosial media.
Baca Juga: Lakukan 3 Tips Self-Care Ini untuk Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi
Sayangnya, di masa pandemi ini orang yang mulanya berniat untuk tetap terkoneksi dan terhibur melalui media sosial, malah mengalami masalah pada kesehatan mental.
Tyler juga menemukan adanya kecenderungan untuk menemukan misinformasi melalui sosial media.
Tentunya di dalam sosial media orang akan membagikan informasi apa saja, tanpa disaring terlebih dahulu.
Salah satunya informasi tentang hal yang berkaitkan dengan penanganan Covid-19 seperti obat dan vaksinasi.
Segala misinformasi membuat seseorang menjadi takut.
Orang menjadi bingung mana yang benar dan mana yang tidak.
Selain karena masalah sosial media, ternyata pandemi juga memengaruhi pola makan seseorang.
Selama pandemi ini mulai bermunculan istilah stress eating.
Stress eating digunakan untuk perilaku konsumsi makanan sebagai respon dari stress.
Tekanan finansial dan ketidakpastian tentang kesehatan menjadi salah satu alasan dari stress eating.
Akibatnya, pola makan seseorang bisa terganggu.
Moms, menanggulangi stress di masa pandemi ini memang harus dilakukan.
Pertama, membatasi penggunaan sosial media terlebih dahulu tidak ada salahnya, lo, Moms.
Apalagi jika sosial media sudah mulai mengganggu cara kita untuk berkoneksi dengan orang lain.
Misalnya, kita hanya menggunakan sosial media untuk kebutuhan pekerjaan saja, seterusnya kita matikan.
Kedua, atur pola makan dengan baik dengan mengatur jadwal makan dan menerapkan mindful eating.
Mindful eating bukan pada rasa makanan yang kita konsumsi enak atau tidak.
Melainkan lebih pada menjaga kesadaran penuh pada saat mengonsumsi makanan.
Atur makanan untuk 3 kali dalam sehari dengan menu sehat.
Menjaga kesehatan mental di masa pandemi, ternyata bisa dimulai dari kebiasaan bersosial media dan pola makan.
Selamat hari kesehatan mental sedunia untuk kita semua yang sedang berusaha untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19 ini.
Source | : | WHO,Insider,Penn Medicine |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR