Melihat keadaan seperti menarik jika dibahas lebih terperinci.
Topik ini menjadi bahasan utama pada sesi diskusi media "Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin" yang diselenggarakan oleh Roche Indonesia dalam memperingati Hari Kesadaran Keguguran dan Kematian Bayi yang jatuh setiap tanggal 15 Oktober.
Hal serupa disampaikan oleh Dokter Spesialis Kandungan, dr. Aditya Kusuma, SpOG, yang menjelaskan bahwa preeklamsia telah menyebabkan 76.000 kematian pada ibu hamil dan 500.000 janin di seluruh dunia.
Komplikasi biasanya terjadi ditandai dengan tekanan darah tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi lainnya seperti kerusakan pada organ vital, khususnya ginjal dan hati.
Bahkan, preeklamsia yang tidak ditangani dengan serius sangatlah berbahaya bahkan fatal pada kondisi ibu dan bayi.
Namun sayangnya, diagnosis preeklamsia terkadang terlewatkan begitu saja karena seringkali keluhannya sama seperti keluhan umum saat sedang hamil seperti kaki bengkak, sakit kepala, ataupun mual.
"Gejala preeklamsia tidak dirasakan pada awal kehamilan dan baru terlihat saat memasuki usia kehamilan 20 minggu. Sehingga, banyak ibu hamil yang terlambat dalam mendapatkan penanganan yang tepat ketika kondisi preeklamsia yang dimiliki sudah membahayakan ibu dan janin. Preeklamsia memiliki berbagai risiko bagi ibu hamil baik dalam jangka pendek ataupun panjang," ucap dr. Aditya Kusuma dalam acara webinar Deteksi Dini Preeklamsia untuk Cegah Risiko Kematian Ibu dan Janin, Selasa (12/10/2021).
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR