Nakita.id - Moms, saat Si Kecil melakukan GTM (Gerakan Tutup Mulut), biasanya dia susah sekali disuruh makan, terutama saat sarapan.
Padahal, kalau anak tidak sarapan, ia tak akan mendapatkan energi yang cukup untuk bergerak aktif.
Belum lagi, kalau Si Kecil sudah mulai sekolah, konsentrasinya saat belajar bisa saja terganggu.
Namun, tahukah Moms, ternyata waktu pemberian makan yang salah bisa jadi salah satu penyebab GTM, lo.
Apakah Moms memberi makan anak di waktu yang tidak tepat? Misalnya, Si Kecil sudah diberi susu atau camilan sebelum makan pagi?
Oleh karena itu, jangan heran kalau Si Kecil suka tutup mulut saat disuruh sarapan.
Selain itu, Moms juga perlu memberikan takaran yang pas untuk makanannya.
Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Ratih Zulhaqqi, M. Psi, Psikolog Anak dari RS Mitra Keluarga Depok, memaparkan alasan mengapa anak selalu menolak untuk sarapan.
"Kita sebagai orangtua mesti paham jam biologisnya anak. Jadi, kalau misalnya anak enggak mau makan pagi, perlu dicari tahu penyebabnya," katanya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Jumat (9/10/2021).
Oleh karena itu, ada baiknya Moms mulai mengatur waktu pemberian makan untuk anak untuk mengatasi GTM.
Kapan waktu yang tepat untuk anak makan makanan pokok, susu, dan camilan?
"Mungkin jeda waktu minum susu dan sarapannya terlalu pendek, jadi dia masih kenyang," kata Ratih.
Kemudian, ia juga mengingatkan agar Moms memberikan susu dengan takaran yang pas, tidak kebanyakan atau malah kurang.
"Pahami juga kebutuhan cairan anak sesuai usianya, berapa banyak anak harus diberi air putih dan minuman selain air putih," ujarnya.
Lebih lanjut, Ratih menyebutkan penyebab lainnya, yakni tampilan makanan yang kurang menggugah seleranya.
"Anak enggak mau sarapan, cari tahu apakah makannannya enggak menarik atau dia bosen sama makanannya," ujarnya.
Saat anak sangat mementingkan penampilan visual dari makanannya, ia cenderung lebih suka makan camilan yang bentuknya menarik daripada makanan pokok.
Ratih memaparkan beberapa alasan kenapa anak lebih suka ngemil daripada mengonsumsi makanan pokok.
"Mungkin periode makannya terlalu pendek atau camilannya terlalu banyak, apalagi anak lambungnya belum besar," ujarnya.
Kondisi ini terjadi saat anak diberi makan di waktu yang berdekatan, misalnya pagi-pagi sarapan namun belum waktunya makan siang anak sudah diberi makan lagi.
Apalagi, kalau disela-sela waktu makan tersebut, anak diberi banyak camilan.
"Makan beratnya nasi pakai ikan, terus camilannya donat. Pasti anaknya lebih suka donat," lanjutnya.
"Kita coba evaluasi camilannya apa, sebisa mungkin kalorinya enggak boleh setara dengan makanan berat," pungkasnya.
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR