"Dengan mengambil time out, misalnya kita sedang marah kita harus menghindari situasi yang membuat kita marah tersebut. Contoh: Suami pulang mabuk-mabukan kita kesal maka bisa hindarkan suami dulu dalam beberapa saat sehingga emosi marah yang tadinya tinggi sudah berubah menjadi sedang," sambung Dannis.
Kedua, Moms bisa melakukan kegiatan lain agar tidak hanya fokus pada kemarahan yang sedang dirasakan.
"Kemudian mendistraksi diri kita, kita pergi dulu menghindar untuk melakukan hal lain agar tidak fokus pada hal yang membuat kita marah," tutur Dannis.
Dengan kedua cara tersebut bisa membuat emosi menjadi lebih meredah Moms.
Apabila emosi sudah mulai turun maka Moms baru bisa sampaikan apa yang dirasa.
"Dengan melakukan time out dan distraksi emosi marah kita menjadi lebih turun. Jika sudah turun maka bisa mulai sampaikan apa yang dirasakan, apa yang kita pikirkan tentang orang yang membuat kita marah tersebut sehingga kemarahan yang keluar tidak blak-blakan begitu saja," tutup Dannis.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR