Nakita.id - Seorang perempuan sekaligus ibu bernama Valencya mendadak jadi topik pembicaraan banyak orang.
Bagaimana tidak? Valencya terpaksa harus berurusan dengan pihak kepolisian saat ini.
Bahkan jaksa penuntut umum pun sudah menjatuhkan tuntutan kepada Valencya yakni 1 tahun penjara.
Hal tersebut bisa terjadi lantara Valencya tak bisa menahan emosi saat suaminya pulang ke rumah dalam keadaan mabuk.
Valencya pun akhirnya memarahi sang suami saat itu juga.
Namun, siapa sangka? sang suami justru tak terima dimarahi oleh Valencya.
Sang suami merasa bahwa Valencya telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga meski hanya secara verbal.
Dari kasus tersebut kita bisa belajar bahwa mungkin saja sang suami tidak terima dengan perkataan sang istri pada dirinya saat sedang marah sehingga merasa tersakiti.
Mungkin juga sang istri terbawa emosi, atau memang sudah benar-benar frustasi dengan tingkah laku suaminya.
"Dalam kasus ini memang mungkin istrinya terbawa emosi, mungkin juga karena dia frustasi terhadap tingkah laku suaminya sehingga dia marahnya bertumpuk bukan karena tiba-tiba aja," kata seorang Psikolog bernama Cantyo Atindriyo Dannisworo, M.Psi., sekaligus Dosen di Fakultas Psikologi Indonesia, Psikolog Klinis Dewasa di Yayasan Pulih, dan PhD Student di Radboud University Belanda, dalam wawancara khusus bersama Nakita.id, Rabu (17/11/2021).
Belajar dari kasus tersebut maka Dannis sebagai seorang psikolog memberikan tips bagaimana mengelolah emosi marah yang tepat agar tidak menyakiti orang lain.
Menurut Dannis ada dua cara untuk mengelolah emosi marah yang tepat Moms.
Pertama, ketika emosi sedang memuncak tak ada salahnya untuk Moms menghindar dari situasi yang membuat marah atau disebut time out.
"Dengan mengambil time out, misalnya kita sedang marah kita harus menghindari situasi yang membuat kita marah tersebut. Contoh: Suami pulang mabuk-mabukan kita kesal maka bisa hindarkan suami dulu dalam beberapa saat sehingga emosi marah yang tadinya tinggi sudah berubah menjadi sedang," sambung Dannis.
Kedua, Moms bisa melakukan kegiatan lain agar tidak hanya fokus pada kemarahan yang sedang dirasakan.
"Kemudian mendistraksi diri kita, kita pergi dulu menghindar untuk melakukan hal lain agar tidak fokus pada hal yang membuat kita marah," tutur Dannis.
Dengan kedua cara tersebut bisa membuat emosi menjadi lebih meredah Moms.
Apabila emosi sudah mulai turun maka Moms baru bisa sampaikan apa yang dirasa.
"Dengan melakukan time out dan distraksi emosi marah kita menjadi lebih turun. Jika sudah turun maka bisa mulai sampaikan apa yang dirasakan, apa yang kita pikirkan tentang orang yang membuat kita marah tersebut sehingga kemarahan yang keluar tidak blak-blakan begitu saja," tutup Dannis.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR