Nakita.id - Yuk, Moms cek kembali asupan nutrisi harian anak.
Apakah sudah terpenuhi?
Tentunya sebagai orangtua Moms wajib untuk memerhatikan asupan nutrisi anak perharinya.
Seperti yang kita ketahui, nutrisi anak dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Untuk anak balita, nutrisi dibutuhkan untuk perkembangan fisiknya.
Setidaknya ada penambahan berat badan sebanyak 2 kg dan tinggi sebanyak 4 sampai 5 inci setiap tahunnya.
Anak juga sudah mulai menyukai kegiatan-kegiatan fisik.
Di usia sekolah, nutrisi pun juga dibutuhkan untuk mendorong kemampuan kognitifnya.
Baca Juga: Kuncinya Bukan Mengonsumsi Junk Food, Begini Caranya Tingkatkan Berat Badan dengan Cara Aman
Anak-anak sudah mulai dituntut untuk menyerap ilmu yang diajarkan di sekolah.
Namun, di usianya anak sudah mulai sering memilih-milih makanan.
Ia hanya mau mengonsumsi makanan tertentu saja, yang tak jarang adalah makanan yang tidak mengandung nutrisi yang dibutuhkannya.
Tentu Moms menjadi kewalahan jika anak mulai suka memilih-milih makanan.
Salah satu yang menjadi fenomena adalah junk food.
Tak jarang Moms mengenalkan junk food pada anak agar anak mau makan.
Namun, bagaimana bila anak menjadi lebih suka makan junk food dibandingkan makanan buatan rumah yang lebih sehat?
Wajib Moms ketahui, fenomena junk food untuk anak-anak ini terjadi di seluruh dunia.
Menurut temuan NDTV, anak-anak usia 5 hingga 6 tahun di Tiongkok, Brazil, Rusia, Nigeria, India, dan Pakistan adalah yang paling sering mengonsumsi junk food.
Anak-anak menyukai junk food karena rasanya yang gurih dan aromanya lezat.
Belum lagi banyak restoran cepat saji yang menyediakan menu makanannya untuk anak dengan memberikan pernak-pernik.
Tentu dengan ini anak menjadi lebih tertarik.
Sayangnya, rasa lezat pada junk food ini perlu diwaspadai.
Junk food kaya akan gula dan lemak jenuh.
Bahkan menurut Tweentribune, kandungan gula dan lemak jenuh inilah yang membuat anak ingin terus mengonsumsi junk food.
Padahal, junk food yang dikonsumsi anak tersebut adalah masalah utama kesehatannya.
Melansir dari News Medical, mengonsumsi terlalu banyak makanan cepat saji akan meningkatkan risiko sembelit.
Biasanya, sembelit ditandai dengan sulit untuk buang air besar.
Anak menjadi sering mengalami sakit perut dan kembung, namun kesulitas saat ingin buang air besar.
Junk food terlalu banyak kandungan karbohidrat, lemak jenuh, dan gula, serta kurang kandungan serat.
Hal inilah yang membuat anak menjadi kekurangan nutrisi.
Padahal, disebutkan di awal, nutrisi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Selain itu, yang paling penting untuk Moms ketahui, junk food berpotensi besar menyebabkan obesitas.
Bahkan, obesitas menjadi salah satu keprihatinan banyak ahli kesehatan di dunia.
Melansir dari CDC, setidaknya ada 14,4 juta anak yang mengalami obesitas selama tahun 2017-2018.
Tentu hal ini tak ingin terjadi pada anak, bukan?
Maka dari itu, sudah saatnya Moms mulai mengurangi asupan junk food pada anak.
Bagaimana caranya?
Tentu saja Moms harus memberikannya makanan yang bergizi di rumah.
Barangkali hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Moms di rumah.
Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan: Ahli Beberkan Fakta Soal Ibu Hamil Makan Junk Food
Apalagi jika anak sudah bisa memilih makanan maka yang menurutnya lezat untuk disantap.
Bagaimana cara menyiasatinya?
Pertama, Moms bisa meniru makanan yang disukainya di restoran cepat saji tersebut.
Misalnya, anak suka sekali dengan menu naget, spageti, dan susu cokelat.
Moms bisa mencoba mengola naget sendiri di rumah dengan rasa yang hampir sama dengan yang dijual di restoran cepat saji.
Begitu juga dengan spageti.
Moms bisa mengatur sendiri bahan apa saja yang digunakan.
Moms juga bisa mengajaknya untuk memasak makanan bersama agar anak lebih bisa menghargai apa yang sudah dibuatnya.
Kedua, jadi contoh yang baik untuk anak.
Moms sebaiknya mengonsumsi juga berbagai makanan yang baik untuk kesehatan, terutama sayur dann buah-buahan.
Anak akan cenderung meniru orangtuanya saat melakukan suatu hal, termasuk saat mengonsumsi makanan.
Biasakan makan bersama di meja makan.
Ketiga, jangan jadikan junk food agar anak mau makan.
Apalagi saat anak diminta untuk mengerjakan sesuatu, seperti membereskan kamar atau menata ulang meja belajarnya.
Ini adalah cara yang salah, walaupun memang junk food disukai oleh anak-anak.
Namun, ini hanya akan membuatnya berpikir bahwa junk food memang lebih baik daripada masakan rumahan yang dibuat oleh Moms.
Tak hanya itu, nanti anak akan cenderung berpikir bahwa ia akan bersikap baik hanya karena junk food.
Tentu Moms tidak ingin ini terjadi pada anak.
Walaupun tidak sepenuhnya tidak boleh makan junk food, Moms boleh memberikannya sekali-kali dan jangan terlalu sering.
Junk food berisiko bagi kesehatan anak.
Mengonsumsi junk food terlalu sering akan membuatnya berisiko terkena obesitas dan sembelit.
Gunakan ketiga tips tadi untuk mulai mengurangi asupan junk food pada anak.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | NDTV,Healthy Children,tweentribune,Verywell Health,News-medical.net,FirstCry Parenting |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR