Nakita.id - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada satu hal sederhana yang bisa membantu bayi menjadi lebih cerdas.
Lalu bagaimana caranya? Jawabannya ialah berpura-pura mengerti apa yang ia "katakan".
Cukup melakukan percakapan dengan bayi dan pura-puralah mengerti semua ocehan yang ia keluarkan.
Mengapa Berpura-pura Memahami Bayi Itu Penting?
Walau tampaknya cukup konyol, bisa membalikkan ucapan bayi yang sedang mengoceh sangat penting untuk perkembangannya.
Suara ocehan-ocehan bayi adalah awal dari komunikasi verbal. Saat bayi membuat suara, ternyata ia mengembangkan komunikasi ekspresifnya.
BACA JUGA : Stimulasi Tepat Anak Cerdas, Namun Jika Over-Stimulasi Ini Bahayanya
Ketika kita ibunya mengenali suaranya dan berbicara balik kepadanya, ia sedang belajar komunikasi reseptif.
Dengan menanggapi suara bayi, kita turut mendorongnya untuk lebih berlatih dan mengembangkan keterampilan berkomunikasinya.
Kita mendorong anak untuk lebih banyak belajar bahasa dan keterampilan sosial dengan setiap percakapan.
Menanggapi bayi seolah-olah kita mengerti kata-katanya bisa membuat bayi lebih cerdas.
Periset Julie Gros-Louis dari Departemen Psikologi di Universitas Iowa, dan Meredith J. West dan Andrew P. King dari Departemen Ilmu Psikologi dan Otak di Universitas Indiana melihat sekelompok pasangan ibu-bayi guna melihat bagaimana cara para ibu berinteraksi dan apa dampak interaksi yang berbeda dilakukan masing-masing ibu.
BACA JUGA : Kegiatan Sepele di Rumah ini Ternyata Dapat Menjadikan Anak Cerdas!
Setiap interaksi sosial, sentuhan, ikatan, dan lain-lain bermanfaat bagi bayi.
Namun, peneliti menemukan ada korelasi antara ibu yang menanggapi secara sensitif vokalisasi bayi mereka dengan vokalisasi perkembangan.
Memungkinkan bayi untuk berpartisipasi dalam saling menanggapi "percakapan" dapat membantu ia untuk menjadi lebih terlibat, belajar tentang isyarat sosial, mengembangkan lebih banyak pemahaman tentang suara dalam bahasa kita, dan memberikan interaksi dan perhatian yang sangat baik untuk vokalisasi.
Kapan bayi mulai berbicara?
Salah satu cara untuk mengingatkan diri sendiri tentang pentingnya mendengarkan percakapan bayi adalah dengan menganggapnya memiliki cara berbicara sama dengan kita.
Sering kali kita mendengar tangisan adalah bentuk komunikasi bayi, namun dalam banyak hal, tangisan bisa jadi isyarat dan bentuk komunikasi yang terlambat.
BACA JUGA : Berdiri di Atas Tanah Seluas Satu Hektar, Begini Mewahnya Rumah Baru Uya Kuya!
Semakin kita menanggapi ucapan, celoteh, dan isyarat non-verbal (misalnya menggosok mata, menguap) semakin kita mengajarkan bayi tentang komunikasi di luar cara menangis.
Semakin kita merespons dengan kata-kata, gerakan wajah, dan lain-lain semakin anak belajar bolak-balik komunikasi (bahasa reseptif dan ekspresif).
Biasanya bayi mulai membuat suara-suara sekitar usia 6 minggu dan sampai 3 bulan untuk dapat mendengar suara vokal dan celotehan seperti "ahh" "iii" dan menggelegak seperti suara bayi usia 4-5 bulan.
Beberapa bayi mungkin mulai mengerti maknanya, tapi untuk sebagian besar bayi yang masih mengoceh tanpa memahami artinya, bayi kisaran usia 8-18 bulan nanti baru akan akan mulai mendengar kata.
Suara yang diucapkan dengan makna. Ibu mungkin akan cenderung mendengar kata "bah" dan lainnya.
BACA JUGA : Handphone Mengurangi Kesuburan Pria, Lalu Bagaimana Mengatasinya?
Namun, sebagian besar bayi mempraktikkan kemampuan bahasa mereka segera setelah kelahiran.
Sentuhan mungkin adalah bahasa dan cara komunikasi bayi kita, tapi seharusnya bukan bahasa "awal" mereka.
Setelah beberapa saat, celotehan bayi menjadi biasa dan mungkin akan kehilangan kegembiraan awal saat kita pertama kali mendengarnya.
Tapi, tetap penting untuk menunjukkan ketertarikan yang sama dengan bayi untuk membantu bayi terus mengembangkan kemampuan bahasanya.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR