Nakita.id - Penyebaran Covid-19 telah membawa dampak besar pada dunia pendidikan di Indonesia.
Sistem pendidikan yang semulanya dilakukan secara konvensional kini harus dilakukan secara online.
Cara ini harus diterapkan untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19 di kluster sekolah.
Saat pandemi, pemerintah memang menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan dilakukan dengan menjaga jarak.
Pemberian materi oleh guru akan disampaikan dari rumah masing-masing.
Atau, saat ini lebih dikenal dengan istilah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Namun, PJJ memang belum sepenuhnya bisa memberikan pembelajaran yang optimal untuk anak.
PJJ dinilai masih banyak kekurangan untuk peserta didik mendapatkan pelajaran yang layak seperti sebelum pandemi.
Maka dari itu, kini pemerintah mulai memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas bagi sekolah yang telah memenuhi syarat.
Sebagai informasi, PTM terbatas mulai diberlakukan di tahun 2022.
Tepatnya, sejak Senin 3 Januari 2022 lalu, beberapa sekolah ada yang telah menerapkan PTM 100 persen.
PTM sendiri dipilih untuk menyiasati tidak kondusifnya belajar pada situasi pandemi saat ini.
Metode PTM dinilai cukup efektif untuk mengatasi kurangnya rasa semangat siswa dalam belajar.
Sependapat dengan pemerintah, ketika diwawancarai secara eksklusif bersama Nakita, Sabtu (8/1/2022), Moms Friska sebagai orangtua peserta didik mengaku jika pelaksanaan PTM jauh lebih unggul dibandingkan PJJ.
Menurutnya, metode belajar secara langsung di sekolah membuat siswa bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Anak juga bisa mengejar ketertinggalan dalam belajar ketika PTM berlangsung.
Sampai saat ini, PTM masih membantu untuk mengembalikan semangat anak dalam proses belajar.
"Lebih memilih PTM. Karena anak butuh sekolah dan mendapatkan pendidikan yang baik," ucap Moms Friska.
Moms Friska mengaku jika ia cukup khawatir jika PJJ terus diselenggarakan.
Ibu satu anak ini berujar, belajar secara online membuat anak kurang paham akan materi yang diberikan oleh guru.
Anak tentu harus mengerjakan tugas sendiri, dan mengunduh materi secara mandiri tanpa ada pembahasan sebelumnya.
Hal inilah yang membuat anak kurang menguasai materi pembelajaran.
Keterbatasan dari orangtua juga bisa memicu anak sulit memahami materi pelajaran.
Dalam pelaksanaannya, tidak semua oragtua bisa memenuhi kebutuhan materi belajar anak di rumah.
"Kalau hanya belajar di rumah anak enggak bisa apa-apa, hanya diberi tugas tanpa tahu materinya apa. Sedangkan, tidak semua orangtua mengerti materi yang diberikan," ujarnya.
Maka dari itu, Moms Friska mendukung dan setuju apabila PTM terbatas mulai diselenggarakan.
"Setuju jika PTM dimulai, anak-anak butuh belajar di sekolah," pungkas Moms Friska.
Baca Juga: PTM 100 Persen Mulai Digelar, Psikolog Sarankan Pembelajaran Jarak Jauh Tetap Dilanjut
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR