Nakita.id - Menjadi orangtua memang tak semudah apa yang orang lain katakan.
Moms dan Dads tentu harus belajar seumur hidup untuk menjadi orangtua terbaik untuk anak.
Tak bisa dipungkiri, dalam mendidik anak banyak hal yang dikatakan sulit untuk dilalui.
Termasuk, memahami emosi anak.
Perasaan anak masih dianggap labil, hal itulah yang menyebabkan emosinya sering naik turun.
Tetapi, sangat penting bagi orangtua untuk mengetahui arti dari emosi yang anak berikan.
Jangan sampai Moms dan Dads abai untuk mengerti emosi anak guna mencegah terjadinya trauma pada anak.
Trauma psikologis bisa dialami oleh anak dengan penyebab yang beragam.
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak trauma, semisalnya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan di masa lalu seperti korban bullying, korban kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, bencana alam, dan masih banyak lainnya.
Anak-anak yang mengalami trauma kerap memberikan efek jangka panjang.
Pada umumnya, anak yang mengalami trauma psikologis lebih sering cemas dan takut untuk melakukan banyak hal.
Dalam acara Family Friday bersama Nakita pada Jumat (14/1/2022), Pariman, M.Psi, Psikolog selaku Founder dan Konselor di Psikologi Menjawab, memaparkan jika terdapat tanda-tanda yang bisa diketahui oleh para orangtua jika anak mengalami trauma psikologis.
Menurut Pariman, anak yang mengalami trauma psikologis juga dibarengi dengan adanya perubahan dalam perilakunya.
Pariman mencontohkan seperti misalnya anak yang tadinya rajin bersekolah, kemudian enggan untuk pergi ke sekolah.
Perubahan perilaku ini bisa dilandaskan karena mungkin anak mengalami ketakutan.
Perubahan perilaku kian mengkhawatirkan apabila menyebabkan anak menolak untuk makan, yang tentu akan menimbulkan masalah kesehatan untuknya.
Jika hal ini terjadi, Pariman meminta agar para orangtua tak lagi menunda-nunda untuk meminta pertolongan kepada ahli.
"Perubahan yang drastis, misalnya anak sekolah yang awalnya rajin kemudian tidak mau sekolah. atau yang sederhana biasa makan lahap dan tidur pulas, di situlah kita harus segera tangani. Apabila orangtua sudah tak bisa menanganinya, di sinilah para orangtua butuh bantuan orang lain," ucap Pariman.
Dengan mengenali tanda anak mengalami trauma, para orangtua tentu akan turut serta membantu sang buah hati untuk menangani kondisi tersebut.
Moms dan Dads bisa berperan untuk meyakinkan perasaan anak bahwa mereka merasa aman dan nyaman.
Namun, menurut Pariman, masih banyak orangtua yang justru memaksa anak untuk bercerita tentang apa yang membuatnya merasa takut.
Padahal, memaksa anak hanya membuat mereka semakin tertekan dan menjauhkan diri dari orangtuanya.
Moms mungkin bisa bertanya mengenai kondisi perasaan anak, tetapi pastikan untuk tidak memaksanya menjawab semua pertanyaan saat itu juga.
Jika anak enggan bercerita, hormatilah keputusannya dengan tetap memberikan dukungan agar anak tak menyalahkan dirinya sendiri.
Ketika anak mengalami trauma psikologis, coba dekati Si Kecil dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Para orangtua bisa mengajak anak untuk pergi bermain atau melakukan aktivitas yang menyenangkan, sehingga mereka bisa sedikit demi sedikit bercerita akan perasaanya.
"Pada prinsipnya ketika menemui hal yang tidak menyenangkan kita menekannya yang ternyata bukan solusi, maka caranya sedikt sedikit emosi sebaiknya dikeluarkan, sayangi dan hargai anak tanpa syarat, dan yang paling sederhana adalah bermain," ujar Pariman.
Baca Juga: 5 Tips Menyembuhkan Trauma pada Anak Korban Perundungan
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR