Nakita.id - Ketika anak sakit, tentu saja orangtua merasa kekhawatiran yang luar biasa.
Bahkan Moms dan Dads merasa sedih dan tak bisa nyenyak untuk pergi tidur karena memikirkan kondisi kesehatan Si Kecil.
Apalagi jika orangtua baru saja mengetahui jika sang buah hati menderita penyakit berbahaya, seperti kanker.
Tentu saja, akan timbul amarah, ketakutan, kesedihan, dan kekecewaan begitu tahu ada kanker di dalam tubuh Si Kecil.
Penyakit kanker memang sering dianggap penyakit mematikan yang sulit untuk bisa disembuhkan.
Maka perlu beberapa waktu agar orangtua bisa sepenuhnya menerima kondisi buruk tersebut.
Demi memberikan semangat dan mendukung sembuh banyak orangtua yang rela menutupi keseihannya.
Memendam rasa sedih dan emosi diri sendiri menjadi cara yang paling tepat agar tak larut akan kesedihan dan kekecewaan.
Akan tetapi selalu memendam rasa sedih justru berpengaruh negatif terhadap kondisi kesehatan fisik dan juga mental.
Baca Juga: Sedikit Saja Merasa Sedih Bisa Memicu Penyakit Kronis, Ini Sebabnya!
Kebiasaan memendam perasaan sedih tidak lantas membuat semua perasaan yang Moms rasakan akan hilang, cara seperti ini justru semakin memperburuk kondisi fisik dan pikiran para orangtua.
Alih-alih ingin menyemangati anak dan membuat perasaan lega, memendam sedih justru membuat para orangtua semakin terbebani.
Dalam wawancara ekslusif bersama Nakita, Sabtu (5/2/2022) Olivia, M.Psi., Psikolog, Psikolog di @awalmula.sub mengatakan orangtua memang perlu memberikan dukungan penuh pada anak.
Tetapi bukan berarti orangtua harus selalu terlihat bahagia dan menyembunyikan kesedihan yang dirasakan.
"Memang banyak dukungan yang diberikan orangtua pada anak, tetapi ketika berusaha selalu fit di hadapan anak tentunya juga tidak oke," ucap Olivia.
Menurut Olivia ketika anak mengetahui dirinya mengidap kanker, akan timbul perasaan emosi yang berubah-ubah pada Si Kecil, anak bisa senang dan berubah menjadi sedih secara tiba-tiba.
Moms mungkin bisa bayangkan jika anak sedang diliputi rasa sedih sedangkan orangtuanya tidak merespon dengan cara yang sama dan terkesan bahagia.
Tentu saja anak akan merasakan bahwa hanya dirinya saja yang tersiksa dan merasakan kesedihan seorang diri tanpa ada keluarga yang menemani.
"Karena anak merasakan emosi yang berbeda-beda. Kadang-kadang sedih tapi kok orangtua saya selalu senang ya," ujarnya.
Untuk menghindari bahaya memendam rasa sedih, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Ketika Moms merasa tak mampu untuk menjalani kehidupan saat mengurus anak yang menderita kanker, sebaiknya ceritakan semua perasaan dengan orang terdekat.
Moms bisa memilih siapa saja orang yang bisa dipercaya untuk dijadikan teman berbagi kisah.
Moms mungkin bisa menceritakan semua perasaan baik dengan pasangan, orangtua, teman, atau keluarga.
Menurut Olivia ketika orangtua terbuka tentang apa yang mereka rasakan kepada orang-orang sekitar, maka semua perasan bisa dilepaskan.
Dengan sifat terbuka, orang lain di sekitar pun akan mengetahui perasaan sesungguhnya yang sedang Moms rasakan.
Ini juga nantinya akan memengaruhi sikap Si Kecil kepada orangtuanya.
Anak nantinya akan merasa jika selalu ada orangtua dan keluarga di sekelilingnya yang selalu siap siaga menjadi tempat yang paling aman dan nyaman untuk berbagi cerita ketika merasakan takut atau sedih dalam menghadapi hidup dan pengobatan kanker.
"Terbuka ini bukan hanya menceritakan apa yang dirasakan anak, tetapi juga terbuka untuk berbagi apa yang dirasakan. Ketika Moms dan Dads bisa terbuka terkait perasaan mereka maka anak juga bisa paham bahwa mereka tidak sendiri merasakan sedih, cemas, atau takut. Ada orang lain yang merasakan hal yang sama dan itu wajar," pungkas Olivia.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR