Nakita.id - Sudah dua tahun kita harus beradaptasi dengan pola hidup tatanan baru.
Khususnya, parenting di tengah pandemi yang menjadi tantangan tersendiri.
Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil survei yang dilakukan Lazada dan Babyologist, yang diikuti oleh ribuan ibu di Indonesia secara daring.
Berdasarkan hasil survei tersebut, 50% menjawab hubungan rumah tangga maupun finansial keluarga merupakan tantangan tersulit yang dihadapi selama pandemi.
Kemudian, diikuti dengan melahirkan tanpa keluarga, merasakan baby blues namun tidak dapat keluar rumah, serta kekhawatiran akan tumbuh kembang anak yang terhambat.
Sebagai salah satu upaya mengatasi tantangan tersebut sebagai orangtua, 30% dari para ibu yang menjawab bahwa mereka mencari solusi dari para ahli melalui webinar parenting.
Demi melanjutkan komitmennya untuk senantiasa hadir menjadi teman terbaik orangtua Indonesia, Lazada kembali menghadirkan sederet program edukasi lewat “Lazada Baby and Kids Festival” yang diadakan pada 23-25 Februari 2022.
Dalam program ini juga, Lazada akan bekerja sama dengan Babyologist, komunitas yang berfokus pada perjalanan kehamilan dan pengasuhan anak.
Dalam rangkaian kegiatannya, “Lazada Baby and Kids Festival” ini akan menyuguhkan seminar edukasi untuk menjawab tantangan parenting di masa pandemi.
Baca Juga: Siniar Obrolan Meja Makan: Belajar Parenting dalam Balutan Konten Audio yang Menghibur
Tepat pada Selasa lalu (22/2/2022), Lazada mengadakan Webinar “Parenting 101: Kembangkan Social Skills di Era Social Distancing” sebagai acara pembuka dari rangkaian “Lazada Baby and Kids Festival”.
Dalam webinar tersebut, ada pemaparan materi singkat oleh psikolog anak sekaligus co-founder TigaGenerasi, Saskhya Aulia Prima, M.Psi, yang tentunya sangat bermanfaat untuk menjawab kekhawatiran Moms akan perkembangan keterampilan anak di tengah pandemi saat ini.
Saskhya menyampaikan bahwa perubahan kondisi di dalam keluarga di tengah pandemi, khususnya anak, disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah perubahan inkonsistensi kondisi sehari-hari, yang ternyata memiliki dampak cukup signifikan terhadap anak.
“Hal ini menyebabkan orangtua menjadi kesulitan untuk memprediksi situasi yang nantinya akan terjadi,” ungkap Saskhya.
“Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk bisa mentolerir hal-hal yang tidak pasti serta dapat membangun komunikasi yang lebih terbuka,” katanya.
Selain itu, faktanya, adanya perubahan ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan keterampilan motorik halus, motorik kasar, dan komunikasi.
Bahkan, terjadi penurunan kesempatan bermain, keterampilan sosial, dan kesehatan mental, khususnya pada anak usia prasekolah.
Lantas, apa yang bisa Moms lakukan agar tetap dapat mengembangkan keterampilan anaknya sendiri?
Saskhya menyampaikan, orangtua perlu menerapkan “SABAR” dalam upaya mengembangkan keterampilan anak.
Berikut adalah penjabaran dari “SABAR” itu sendiri menurut Saskhya.
- (S)esuaikan ekspektasi dan pembagian tugas selama keterampilan anak
Saskhya menjelaskan bahwa orangtua perlu memikirkan ekspektasi yang realistis.
Juga, sesuaikan dengan kondisi rumah tangga, serta kondisi yang terjadi saat itu juga.
- (A)tur pembagian tugas dalam pengasuhan anak
Saskhya juga mengingatkan para ibu untuk berbagi-bagi tugas dengan suami.
Tentunya tugasnya ini harus dibagi berdasarkan kemampuan dan waktu luangnya.
Juga, harus dilandasi dengan ekspektasi.
- (B)anyak eksplorasi kegiatan online atau privat offline untuk meningkatkan keterampilan yang diasah
Sashkya menyampaikan, banyak orangtua yang hingga saat ini masih bingung bagaimana cara meningkatkan beberapa kemampuan sang buah hatinya, terlebih di masa pandemi.
Padahal, sekarang ini sudah banyak sekali aktivitas daring yang bisa anak coba.
Salah satunya, kata Saskhya, mengikutkan anaknya untuk mengikuti kelas-kelas online atau program-program lainnya yang bisa membantu.
Juga, mengikutsertakan anak dalam les privat secara luring, yang tentunya bisa dipanggil ke rumah.
Kemudian, sepanjang les berlangsung, protokol kesehatan tetap diterapkan dengan ketat.
Hal ini sangat penting bagi anak untuk mengembangkan keterampilannya, khususnya anak usia prasekolah.
Pasalnya, anak usia prasekolah adalah usia emas anak yang pantang Moms lewatkan.
- (A)jak anak untuk role play dan lebih sering berinteraksi bersama anggota keluarga
Moms harus tahu, meningkatkan keterampilan sosial pada anak itu tak harus dengan cara berinteraksi dengan orang lain.
Seperti, teman, guru, kerabat saudara, hingga orang dewasa yang tak dikenalnya.
Saskhya justru menyarankan orangtua untuk melakukan role play dengan anak, karena lebih santai dan membantu anak untuk belajar memahami kebiasaan, serta empatinya.
- (R)est and relax dengan diri sendiri serta pasangan
Hal ini sangat penting dan pantang sekali Moms lewatkan.
Jangan paksa diri untuk tidak beristirahat saat bermain dengan anak.
Moms bisa beristirahat sendiri dan memanggil suami untuk menggantikannya, atau bisa beristirahat bersama suami.
Semoga bermanfaat ya, Moms.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR