Apabila puasa dilanjutkan sampai 16 jam, cadangan glikogen tentu bisa habis.
Ketika sudah tidak ada cadangan glikogen, tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi.
Semakin kecil usia anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit.
Untuk itu, bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah menurun.
"Anak yang berusia di bawah usia tujuh tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa," kata dr. Cut.
Selain itu, anak di bawah usia tujuh tahun juga lebih berisiko mengalami kekurangan cairan saat puasa.
Selain itu, perubahan pola tidur saat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuannya di sekolah.
Namun, seiring berjalannya usia, dampak kesehatan yang tak diinginkan akibat puasa lebih minim atau jarang ditemui.
Pasalnya, ketika anak sudah memasuki usia akil baligh, risiko hipoglikemia juga berkurang secara signifikan seiring meningkatnya kemampuan anak menahan lapar dan haus.
Apabila Moms masih ragu-ragu, tak perlu sungkan untuk berkonsultasi ke dokter spesialis anak terkait upaya mengajarkan anak berpuasa.
Terlebih, jika anak memiliki masalah kesehatan atau kondisi tertentu.
Semoga bermanfaat ya, Moms.
Moms bisa kembali ke halaman 2 untuk mencari tahu di usia berapakah anak diajarkan berpuasa selama bulan Ramadan.
Artikel ini sudah tayang di Kompas dengan judul Kapan Sebaiknya Anak Belajar Puasa? Ini Penjelasan Dokter
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR