Namun, dalam pengobatan Barat, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa air dingin tidak baik untuk tubuh atau pencernaan.
Sebuah studi kecil pada tahun 2013 menyelidiki efek air minum pada suhu yang berbeda pada enam orang yang mengalami dehidrasi, setelah berolahraga ringan, di ruang yang panas dan lembap.
Para peneliti menemukan bahwa mengubah suhu air memengaruhi respons berkeringat para peserta dan seberapa banyak air yang mereka minum.
Suhu air optimal dalam penelitian ini adalah 16°C (60,8°F), yang merupakan suhu air keran yang dingin karena peserta minum lebih banyak air dan lebih sedikit berkeringat.
Para peneliti menyimpulkan bahwa air minum pada suhu 16°C mungkin merupakan suhu terbaik untuk rehidrasi pada atlet yang mengalami dehidrasi.
Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa orang dengan kondisi yang memengaruhi kerongkongan, atau saluran makanan, seperti akalasia, harus menghindari minum air dingin.
Akalasia adalah kondisi langka yang dapat membuat sulit menelan makanan dan minuman.
Sebuah studi 2012 menemukan bahwa minum air dingin dapat memperburuk gejala pada orang dengan akalasia.
Namun, ketika peserta minum air panas, itu membantu menenangkan dan mengendurkan pipa makanan, membuat makanan dan minuman lebih mudah ditelan.
Satu studi tahun 2001 yang melibatkan 669 wanita bahkan menunjukkan bahwa minum air dingin dapat menyebabkan sakit kepala pada beberapa orang.
Para peneliti melaporkan bahwa 7,6 persen partisipan mengalami sakit kepala setelah meminum 150 mililiter air es melalui sedotan.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR