"Batasi penggunaan gadget, sebab semakin anak asyik bermain gadget semakin dia kurang interaksi sosial dengan orang lain," jelas Finandita.
Kedua, lakukan kontak mata dengan anak lebih sering lagi.
Finandita menyebutkan, dengan membiasakan bertatapan dengan lawan bicara, anak akan lebih mudah memahami mimik wajah dan gerakan mulut lawan yang dilakukan oleh orang yang berbicara dengannya.
Finandita memberikan contoh pada saat Moms dan Dads meminta anak untuk menggunakan sepatu.
Saat memintanya, jangan lakukan sambil berdiri melainkan merunduk atau jongkok dan membentuk kontak mata dengan anak.
Dengan begitu, anak bisa tahu apa yang diinstruksikan oleh karena adanya kontak mata yang terjadi secara eye level atau sejajar dengan mata anak.
"(Jika tidak dilakukan kontak mata yang tepat), bagaimana anak itu bisa merespon mimik kita ekspresi kita? Anak lebih pendek daripada kita dan dia tidak bisa melihat saat kita bicara," jelas Finandita.
"Saat kita mengucapkan kata dan membuka mulut untuk berucap, posisi kita jauh di atas dia. Nah yang harus orang lakukan adalah merunduk sehingga kontak mata terjadi secara eye level dan sejajar," lanjutnya.
Ketiga, berikan contoh yang benar dalam pengucapan dan pemahaman yang betul terhadap kosakata.
Misalnya, saat sudah mulai mampu berbicara seperti, "mimi cucu,", "au bobo,", "au amam," dan lain sebagainya, ulangi ucapan tersebut dengan pengucapan yang benar.
Sebagai contoh, "Oh, adik mau minum susu?", "Mau bobok, ya?", atau "Adik mau makan apa?". Pastikan Moms juga lakukan kontak mata dengan anak sehingga ia paham.
Nantinya, anak akan terbiasa untuk memahami bagaimana caranya menyampaikan kata dengan tepat.
Baca Juga: Pahami Tanda-tanda Speech Delay Pada Anak dan Cara Mengatasinya
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR