Nakita.id - Yuk, Moms ketahui apa saja, sih, yang perlu diwaspadai saat diketahui anak belum lancar bicara.
Moms tentu senang jika anak menunjukkan gejala tumbuh kembangnya.
Misalnya, anak sudah mampu menyampaikan apa maksudnya dengan kalimat yang sederhana.
Namun, bagaimana jika teman-teman sebaya anak sudah nampak lancar berbicara, sedangkan anak kita belum?
Fenomena anak belum lancar bicara ini juga seringkali disebut dengan speech delay.
Melansir dari Family Doctor, masalah speech delay ini merupakan salah satu kendala tumbuh kembang anak yang cenderung umum terjadi pada anak usia prasekolah.
Walaupun begitu, masalah anak yang belum lancar bicara perlu dicegah dan diwaspadai, sebab, jika tidak akan memengaruhi proses belajar si Kecil di kemudian hari, lo, Moms.
Apa saja, sih, yang harus diwaspadai oleh Moms dan Dads di rumah untuk mencegah atau mengatasi gejala keterlambatan bicara pada anak?
Menurut penjelasan dari psikolog, ada dua hal yang harus diwaspadai oleh orangtua di rumah, yaitu kemampuan kontak mata dan kemampuan ocehan anak.
1. Kemampuan kontak mata anak
Hal ini dijelaskan oleh psikolog pendidikan anak Rr. Finandita Utari, M.Psi., Psikolog., CTC, CGA pada tim Nakita.id, Rabu, 27 April 2022.
Menurut Finandita, memprediksi adanya gejala anak belum lancar bicara perlu dilakukan dari kontak mata yang Moms dengan si Kecil lakukan.
"Coba cek dari kontak mata anak tersebut, apakah kontak matanya cepat beralih, dan mudah terdistraksi oleh lingkungan?" jelas Finandita.
Jika si Kecil menunjukkan tidak adanya perhatian pada seseorang yang berusaha untuk membentuk kontak mata dengannya, Moms perlu mewaspadainya.
Hal ini juga terjadi apabila si Kecil nampak tak acuh dengan instruksi yang diberikan oleh Moms dan Dads yang membuktikan bahwa ia mudah untuk beralih ke hal yang lain.
Dari pengalaman yang dimiliki oleh Finandita sebagai seorang psikolog anak, masalah yang satu ini jadi salah satu yang paling sering jadi keluhan para orangtua.
Mereka mengeluhkan kesulitan dalam membentuk kontak mata dengan anak.
"Anak tersebut tidak paham instruksi atau tidak paham ketika dipanggil namanya. Kemudian anak tersebut juga kurang interaksi sosial," cerita Finandita pada tim Nakita.id.
Baca Juga: Speech Delay pada Anak Usia Prasekolah, Ahli Sudah Beritahu Faktor Penyebab dan Cara Mengatasinya
2. Kemampuan ocehan
Kemampuan ocehan juga perlu menjadi hal yang Moms dan Dads amati sejak usia di bawah 1 tahun, untuk mencegah anak belum lancar bicara di kemudian hari.
Finandita menjelaskan bahwa ketrampilan anak untuk mengoceh adalah salah satu awal perkembangan dari kemampuan anak untuk berbicara.
Biasanya, anak sudah bisa mulai mengoceh saat usia 20 minggu atau usia 5 bulan.
Coba cek apakah anak sudah mulai mampu untuk mengoceh, seperti mengeluarkan suara 'ma' atau 'ba'.
Kemampuan ocehan ini juga biasanya dibarengi dengan kemampuan untuk bubbling atau anak mulai memainkan busa dari air liurnya.
"Jadi biasanya anak ngomong seperti ini di usia 4 hingga 5 bulan dan mengeluarkan suara, memainkan lidah serta mulutnya," jelas Finandita.
Jika Moms memperhatikan bahwa tidak menunjukkan kedua gejala tersebut, sudah saatnya Moms untuk bertindak.
Lalu apa yang harus dilakukan jika anak belum lancar bicara?
Menurut Finandita, selain kedua hal tadi, kemampuan anak untuk mengetahui kosakata juga jadi penilaian apakah anak mengalami speech delay atau tidak.
"Nah, orangtua perlu waspada ketika anaknya usia 18 bulan tidak mengucapkan kosakata yang jelas, tidak mampu memahami sebanyak 3 hingga 50 kata, serta tidak bisa mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 hingga 3 kata," ujar psikolog anak yang aktif di Primadita Consulting ini.
Jika nantinya anak menunjukkan gejala seperti itu, ada beberapa hal yang perlu Moms dan Dads lakukan.
Pertama, dari hal yang simpel saja, Finandita menyarankan untuk meningkatkan interaksi anak dengan orang lain.
Dengan interaksi tersebut anak akan terbiasa membentuk kontak mata dengan orang lain.
"Batasi penggunaan gadget, sebab semakin anak asyik bermain gadget semakin dia kurang interaksi sosial dengan orang lain," jelas Finandita.
Kedua, lakukan kontak mata dengan anak lebih sering lagi.
Finandita menyebutkan, dengan membiasakan bertatapan dengan lawan bicara, anak akan lebih mudah memahami mimik wajah dan gerakan mulut lawan yang dilakukan oleh orang yang berbicara dengannya.
Finandita memberikan contoh pada saat Moms dan Dads meminta anak untuk menggunakan sepatu.
Saat memintanya, jangan lakukan sambil berdiri melainkan merunduk atau jongkok dan membentuk kontak mata dengan anak.
Dengan begitu, anak bisa tahu apa yang diinstruksikan oleh karena adanya kontak mata yang terjadi secara eye level atau sejajar dengan mata anak.
"(Jika tidak dilakukan kontak mata yang tepat), bagaimana anak itu bisa merespon mimik kita ekspresi kita? Anak lebih pendek daripada kita dan dia tidak bisa melihat saat kita bicara," jelas Finandita.
"Saat kita mengucapkan kata dan membuka mulut untuk berucap, posisi kita jauh di atas dia. Nah yang harus orang lakukan adalah merunduk sehingga kontak mata terjadi secara eye level dan sejajar," lanjutnya.
Ketiga, berikan contoh yang benar dalam pengucapan dan pemahaman yang betul terhadap kosakata.
Misalnya, saat sudah mulai mampu berbicara seperti, "mimi cucu,", "au bobo,", "au amam," dan lain sebagainya, ulangi ucapan tersebut dengan pengucapan yang benar.
Sebagai contoh, "Oh, adik mau minum susu?", "Mau bobok, ya?", atau "Adik mau makan apa?". Pastikan Moms juga lakukan kontak mata dengan anak sehingga ia paham.
Nantinya, anak akan terbiasa untuk memahami bagaimana caranya menyampaikan kata dengan tepat.
Baca Juga: Pahami Tanda-tanda Speech Delay Pada Anak dan Cara Mengatasinya
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR