Nakita.id - Waktu tidur memang waktu yang menenangkan.
Namun, bagaimana jika anak sering membangunkan kita tengah malam dan mengatakan bahwa dirinya mengompol?
Kejadian seperti ini memang wajar terjadi apalagi di usianya yang masih balita.
Tapi tentunya Moms dan Dads ingin anak mampu beradaptasi dan tidak mengompol lagi seiring berjalannya waktu.
Apa saja hal-hal yang perlu dilakukan untuk melatih anak agar di kemudian hari tak mudah mengompol lagi?
Melansir dari berbagai sumber, ini dia yang perlu dilakukan oleh Moms dan Dads:
1. Pasang lampu tidur di kamar mandi
Salah satu alasan yang seringkali menjadi masalah mengompol pada anak salah satunya adalah karena anak tidak mau ke kamar mandi sebelum tidur.
Mungkin saat Moms menyuruh mereka anak belum merasa ingin pipis.
Namun, seringkali terjadi anak malah merasa ingin pipis setelahnya dan karena sudah larut malam anak tidak berani untuk ke kamar mandi sendirian.
Apabila seperti ini alasannya, ada baiknya jika Moms memberikan lampu tidur untuk penerangan di kamar mandi sehingga anak lebih berani.
2. Konsumsi minuman bersoda dan kafein
Sebelum tidur, jangan biarkan anak mengonsumsi minuman bersoda dan minuman berkafein.
Mengapa begitu?
Melansir dari WebMD, ternyata minuman jenis ini bersifat diuretik.
Artinya, ia menstimulasi tubuh untuk memproduksi lebih banyak urin.
Ini penting untuk dihindari apalagi mengingat kandung kemih anak masih dalam tahap perkembangan.
Kandung kemih anak belum mampu untuk menampung urin yang banyak sehingga rentan mengompol.
Pada dasarnya, konsumsi minuman bersoda dan kafein untuk sehari-hari juga sebaiknya dihindari.
Jangan sampai anak mengonsumsi terlalu sering kedua jenis minuman ini.
Kandungan gula pada minuman bersoda meningkatkan risiko penyakit gula pada anak dan masalah pada gigi.
Selain itu, menurut Family Doctor, minuman berkafein bisa memengaruhi tekanan darahnya yang kemudian juga turut memengaurhi siklus tidurnya.
3. Ingatkan anak untuk buang air kecil sebelum tidur
Hal yang paling mendasar untuk dilakukan oleh Moms dan Dads adalah mengingatkannya untuk buang air kecil, terutama sebelum tidur.
Diskusikan pada anak bahwa buang air kecil sebelum tidur penting untuk menghindari terjadinya mengompol.
Selain itu, berikan pemahaman bahwa buang air kecil juga dilakukan untuk menjaga kesehatan ginjalnya.
Latih terus sampai anak terbiasa untuk tidak mengompol di tempat tidur.
4. Mengonsultasikan pada ahli psikologi
Mungkin Moms bertanya, apa urgensinya anak yang mengompol dibawa ke ahli psikologi? Bukankah hanya fenomena yang wajar?
Ya, memang untuk kebanyakan kasus mengompol disebabkan karena perkembangan anak.
Namun, ada juga untuk beberapa kasus yang disebabkan oleh faktor emosional dan psikologis.
Melansir dari Cleveland Clinic, untuk masalah ini Moms dan Dads memerlukan bantuan orang lain.
Apabila ditangani dengan cara-cara lainnya tapi tetap tidak bisa, siapa tahu anak mengalami masalah berikut ini.
Di usia berapa anak seharusnya berhenti mengompol?
Ini yang sering jadi pertanyaan, kapan anak seharusnya tidak lagi mengompol dan bisa mengetahui bahwa ia harus pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Memang tidak semua anak sama, ada yang hingga hampir memasuki usia sekolah ia masih mengompol, tapi ada juga yang jauh sebelum itu sudah mampu untuk mengatasinya.
Walaupun begitu, apabila anak masih tetap sering mengompol pada usia 7 tahun, mungkin itulah saatnya Moms berkonsultasi dengan dokter.
Berkonsultasi dengan ahlinya ini juga termasuk untuk anak yang sudah lama tidak mengompol, tapi kemudian tiba-tiba mengompol.
Siapa tahu kejadian ini disebabkan karena faktor emosional atau psikologis.
Melansir dari Pregnanacy Birth Baby, sebagai orang tua sebaiknya tak melakukan hal ini jika mengetahui anak mengompol:
1. Memarahinya
2. Mempermalukannya di depan orang atau anggota keluarga lainnya
3. Menghukum anak karena mengompol
4. Tidak mengajaknya untuk turut membereskan tempat tidurnya
Tetap bimbing dengan sabar dan jika anak berhasil, jangan lupa untuk memujinya, ya, Moms.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | WebMD,Cleveland Clinic,Family Doctor,Pregnancy Birth and Baby |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR