Bagi Anna, penting sekali bagi keluarga untuk membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi para pengidap thalasemia.
"Oleh karena itu penting sekali supaya keluarga bisa bantu mengatasi masalahnya, dan bisa menjadi pendukung utama bagi anak yang mengidap thalassemia ini," tutur Anna.
Faktor lain yang membuat pengidap thalasemia mudah mengalami stres adalah karena tak dapat mengelolah emosinya dengan baik.
Anna mengatakan, sebagian anak ada yang kesulitan sekali mengatur emosinya.
Hal tersebut bisa disebabkan karena tubuh anak yang bermasalah ataupun Si Kecil tak pernah diajarkan bagaimana cara mengelolah emosi yang baik.
"Kan ada anak-anak yang sulit sekali untuk mengatur emosinya, itu bisa disebabkan karena kondisi tubuhnya yang bermasalah ataupun memang tidak pernah mendapat pengajaran tentang pengelolaan emosi," ungkap Anna.
Sebaliknya, jika anak-anak pengidap thalasemia mampu mengatur emosinya dengan baik maka bisa dengan mudah menghadapi stresnya.
"Tapi untuk anak-anak yang mampu mengatur emosinya lebih mudah terhindar dari stres dan lebih cepat mengatasi stresnya," ucap Anna.
Anna menyarankan, supaya para orangtua bisa memberikan pemahaman kepada anak apa saja yang bisa menjadi sumber stresnya.
Kemudian beri pemahaman tentang masalah yang dihadapinya.
Serta kasih tahu anak, apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Dengan begitu dijamin, anak bisa lebih mampu mengelolah emosinya dengan baik.
"Untuk bisa mengatasi stres juga penting anak memiliki pemahaman masalah, dan ini belum tentu sudah bisa dilakukan oleh anak-anak. Jadi, anak-anak memang perlu diajari terlebih dahulu bagaimana mereka memahami sebetulnya apasih yang menjadi sumber stres atau masalah yang ia hadapi, dan apa yang perlu dilakukan untuk membantu mengatasi masalah tersebut," tutup Anna.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR