Nakita.id - Pandemi Covid-19 di Indonesia mulai terkendali.
Tetapi, kini dunia harus kembali menghadapi wabah penyakit baru yang dapat menyerang anak-anak.
Munculnya penyakit hepatitis ini tentu saja mengagetkan banyak pihak.
Seperti diketahui, pada awal bulan Mei, kasus hepatitis akut ini diumumkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Kasus ini juga telah dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia.
Disebut misterius karena sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebabnya.
Sehingga, memerlukan penelitian lebih dalam.
Agar sang buah hati tidak terdampak akan bahaya dari hepatitis akut misterius ini, orangtua perlu tahu pengobatan dan langkah pencegahan apa yang tepat untuk dilakukan.
Ini penting dilakukan agar bisa mendapatkan diagnosa awal, sehingga dokter bisa memberikan pertolongan sehingga peluang menyelamatkannya lebih besar.
Menyadari bahaya hepatitis akut pada anak, GridHEALTH bersama Nakita melakukan bincang-bincang bersama dr. Leny Kartina, Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak RSIA Kendangsari dan RSIA Kendangsari Merr, Surabaya dalam GridHEALTH Dialogue, Rabu (18/5/2022).
Dalam penjelasannya, dr. Leny menyampaikan bahwa hepatitis merupakan kondisi peradangan hati yang disebabkan oleh banyak hal.
Ini bisa terjadi karena infeksi virus, gangguan autoimun atau metabolisme anak, obat-obatan hingga kelainan genetik tertentu.
Hepatitis akut ini bisa menyerang anak-anak meskipun kondisi sebelumnya anak terlihat sehat dan secara tiba-tiba muncul gejala yang parah.
Namun, dr. Leny mengungkapkan jika hepatitis dikatakan misterius ini berbeda dengan hepatitis yang sudah ada sebelumnya.
Meski sama-sama menyebabkan kerusakan pada hati, tetapi penyebabnya belum dapat dipastikan.
Para ahli masih melakukan penelitian lebih dalam akan penyebab dari hepatitis akut ini.
"Hepatitis suatu peradangan pada liver atau hati disebabkan oleh banyak ada dari infeksi dan non infeksi. Kalau dari infeksi, adalah virus, sedangkan non infeksi terjadi karena obat dan metabolisme pada anak. Dikatakan hepatitis akut misterius ini karena kita belum bisa pastikan penyebabnya apa," ungkap dr. Leny.
Lalu, apa saja gejala hepatitis akut misterius ini? Berikut jawaban dari dr. Leny.
Gejala klinis hepatitis akut pada anak-anak bisa diwaspadai jika sindrom jaundice atau penyakit kuning yang membuat tubuh dan mata anak terlihat menguning.
Moms perlu mewaspadai jika anak sering ngeluh mual, terlihat kelelahan yang menyebabkan lesu, hilangnya nafsu makan.
Demam juga bisa jadi gejala hepatitis, namun sebagian besar kasus hepatitis akut misterius ini tidak menunjukkan adanya gejala demam.
Gejala lainnya yang bisa dilihat adalah ketika terjadi perubahan warna pada urine yang berubah menjadi lebih gelap serta feses berwarna pucat.
"Secara umum, gejala yang harus diwaspadai anak terlihat menjadi kuning, tetapi perlu diwaspadai ketika anak terasa mual, nyeri, perut, lesu, nafsu makan berkurang, demam dan disertai mata dan bawa kuning, kencing menjadi gelap serta warna pup jadi lebih pucat," jelas dr. Leny.
Orangtua diminta untuk waspada, pasalnya kemungkinan anak bisa tertular terkena hepatitis saat bermain atau menjalankan aktivitas dengan temannya. Ya, hepatitis termasuk penyakit menular yang dapat menyebar jika melakukan kontak erat.
"Harus diwaspadai, hepatitis akut sendiri juga sifatnya menular, lewat apa menularnya, kalau hepatitis A menular melalui mulut, alat makan bergantian, bisa melalui droplet, dianggap berisiko menularkan," ungkap dr. Leny.
Untuk terhindar dari hepatitis akut misterius, baik anak-anak maupun orang dewasa bisa melakukan upaya pencegahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti cuci tangan sebelum makan atau setelah memegang benda apapun, makan-makanan yang sehat, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain. Untuk mencegah penularan hepatitis dari saluran pernapasan, bisa dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas, segera bawa anak ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal, dan jangan menunggu hingga muncul gejala yang parah.
"Harus cuci tangan, jangan jajan sembarangan dan makan-makanan tidak sehat, jangan ganti-ganti alat makan harus punya alat makan sendiri, harus taat prokes," pungkas dr. Leny.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR