Nakita.id - Menjadi seorang ibu bukanlah suatu hal yang mudah.
Apalagi, jika ini pertama kalinya Moms berperan menjadi ibu dan juga istri.
Tak jarang banyak ibu yang dihadapkan dengan berbagai macam rintangan yang silih berganti.
Seakan-akan permasalahan hidup tak pernah berhenti dan selalu terjadi pada ibu.
Tentu saja dalam berperan menjadi seorang ibu, Moms harus memiliki kesabaran yang ekstra.
Kesabaran untuk bisa mengontrol emosi jadi hal yang perlu dilakukan setiap harinya.
Ibu mengemban tugas yang berlipat-lipat ganda. Satu sisi harus bisa berperan menjadi istri yang baik, di lain sisi, ibu juga diharuskan menjadi sosok panutan untuk anak.
Tugas dan tanggung jawab ini kerap membuat para ibu mengalami ketidakseimbangan kesehatan mental.
Semua hal yang dibebankan kepada ibu serta kurangnya perhatian dan penghargaan dari lingkungan sekitar sering kali membuat kondisi mentalnya terganggu.
Baca Juga: Terbukti Merusak Mental Ibu, Begini Cara Kementerian PPPA Menghadapi Fenomena Mom Shaming
Menyadari bahayanya akan kesehatan mental, Nakita melakukan diskusi bersama Diana Syatri, SSIT, MMKes selaku Sekretaris PD IBI DKI Jakarta dalam Facebook Live Referenata, Selasa (24/5/2022).
Diana mengatakan perasaan khawatir dan takut tidak bisa menjadi ibu yang baik, merupakan salah satu penyebab kesehatan mental ibu terganggu.
"Yang pertama kali muncul adalah ketidakpercayaan diri, artinya ibu merasa khawatir, 'Saya hamilnya gini normal enggak ya, saya begini wajar enggak ya', pertanyaan-pertanyaan itu yang akan muncul dari setiap ibu, ibu-ibu yang baru mau menikah juga berpikir seperti, 'Saya bisa enggak ya menjadi istri yang baik'," tutur Diana.
Untuk menjaga kesehatan mental para ibu, bidan memiliki peranan yang lebih strategis agar Moms bisa tetap sehat secara emosional.
Kehadiran bidan yang dikenal lebih dekat dengan perempuan bisa dijadikan tempat yang lebih leluasa untuk berkeluh kesah.
Bidan juga bisa menjadi support system untuk membantu meningkatkan sikap dan kepercayaan diri yang positif.
Berbicara dan bertemu bidan secara teratur mungkin bisa membuat Moms merasa lebih lega.
Bidan juga nantinya akan memberikan arahan sesuai dengan apa yang ibu butuhkan.
"Peran bidan untuk mengatasi hal ini adalah memberikan informasi yang lebih banyak dan benar, jika ada seorang ibu yang merasa khawatir kita sebagai bidan akan mendampingi, kita akan lebih menggali lebih dalam apa yang menjadi penyebab kekhawatirannya, kalau penyebabnya kurangnya pengetahuan, maka bidan akan memberikan informasi yang dibutuhkan," jelas Diana.
Menjadi ibu memang sangat melelahkan baik secara fisik maupun mental.
Apalagi, jika Moms berada di lingkungan yang kurang positif.
Ketika ibu sedih atau gagal, tak jarang banyak orang-orang di sekitar justru hanya membanding-bandingkan.
Jika hal buruk seperti ini terjadi kepada Moms, Diana menyarankan agar para ibu untuk tidak menghiraukannya.
Dibanding harus mendengar pernyataan yang kurang menyenangkan, ibu seharusnya menyadarkan diri sendiri untuk mengenang hal-hal baik apa saja yang telah dilalui selama ini.
Diana menyarankan, jika ingin membandingkan diri, sebaiknya bandingkan diri Moms apakah telah sesuai dengan standar panduan yang ditetapkan.
"Jika dibanding-bandingkan dengan ibu, bandingkan diri kita dengan yang ada di dalam standar, kita ada panduan yang dinamakan buku pink, jadi buku itu dipakai bidan untuk sebagai panduan atau raportnya ibu," ujarnya.
Untuk menyejahterakan mental diri sendiri, Moms bisa lakukan beragam aktivitas yang menyenangkan seperti melakukan hobi. Dan jika dibutuhkan, segera konsultasikan dengan bidan. Apabila kesehatan mental sudah menyebabkan depresi, bidan mungkin akan bekerjasama dengan psikolog untuk menjadwalkan konsultasi.
"Kalau sudah mengalami postpartum depression harus ditangani lebih lanjut dengan pihak yang berkompeten lainnya, bidan mungkin akan bekerjasama dengan psikolog," pungkas Diana.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR