Nakita.id – Meski praktek ini marak terjadi, namun bagaimana pandangan sunat bayi perempuan menurut kesehatan?
Dalam dunia medis, istilah sunat dikenal dengan nama sirkumsisi.
Prosedur ini lazim dilakukan pada anak laki-laki yang memang memiliki lebih banyak manfaat.
Namun tidak sedikit pula, karena kepercayaan maupun tradisi beberapa masyarakat melakukan sunat pada bayi perempuan.
Alih-alih mendatangkan manfaat bagi kesehatan, justru tindakan sunat bayi perempuan menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan.
Beberapa organisasi dunia seperti WHO pun sepakat untuk tidak merekomendasikan sunat pada bayi perempuan lantaran tidak terbukti memiliki banyak manfaat.
Bahkan tindakan ini termasuk ke dalam kategori female genital mutilation (FGM) atau mutilasi genital perempuan.
FGM ini merupakan tindakan yang dilakukan pada perempuan untuk mengubah maupun melukai alat kelamin tanpa adanya indikasi medis tertentu.
Bila tindakan ini dilakukan memiliki efek jangka pendek maupun jangka panjang yang sangat berisiko.
Baca Juga: Sunat Bayi Perempuan Bisa Datangkan Bahaya Serius, Jika Dilakukan Tanpa Indikasi Medis Seperti Ini
Sunat bayi perempuan menurut kesehatan merujuk pada tindakan FGM lantaran tindakan ini dilakukan dengan memotong bagian klitoris pada wanita.
Kenyataannya tidak semua wanita memiliki penutup pada klitoris seperti pada laki-laki dan bila tindakan ini tetap dilakukan hanya akan melukai bagian tersebut.
Dilansir dari Better Health, FGM telah diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadi empat jenis:
Tipe I – klitoridektomi. Tudung kulit yang berada di atas klitoris (preputium) dilepas. Klitoris mungkin atau mungkin tidak diangkat sebagian atau seluruhnya.
Tipe II – klitoridektomi. Seluruh klitoris diangkat. Bibir bagian dalam (labia minora) diangkat sebagian atau seluruhnya.
Tipe III – infibulasi. Pengangkatan seluruh atau sebagian dari labia minora dan labia mayora, dengan jahitan segel di seluruh vagina, meninggalkan lubang kecil untuk keluarnya urin dan darah menstruasi.
Tipe IV – praktik lain termasuk menusuk, membakar, menggores atau menggunakan zat korosif yang dirancang untuk melukai dan mempersempit vagina.
Sunat bayi perempuan tidak memiliki manfaat kesehatan. Sebaliknya dapat berdampak negatif pada kesehatan seksual dan reproduksi.
Baca Juga: Apakah Sunat Bayi Perempuan Perlu Dilakukan? Ini Penjelasan Menurut Dokter Anak
Sunat bayi perempuan menurut kesehatan bisa menelan risiko seperti pendarahan, infeksi, jaringan parut dan kista, infeksi saluran kemih berulang, hingga kematian.
Mengutip dari laman UNICEF, FGM tidak memiliki manfaat kesehatan dan sering menyebabkan konsekuensi fisik dan psikologis jangka panjang.
Risiko sunat bayi perempuan juga diterangkan oleh dr. Debby Andina Landiasari, Sp. A, dokter spesialis anak di Rumah Sakit JIH Solo dalam wawancara bersama Nakita beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, tindakan FGM yang dilakukan dengan memotong sebagian klitoris pada perempuan ini sangat riskan lantaran banyak pembuluh darah dan sistem saraf.
“Nah karena itu tadi banyak pendarahan untuk selanjutnya itu bisa mengakibatkan terkait berbagai permasalahannya seperti infeksi, kemudian ada ke arah permasalahan kandung kemih, bahkan bisa menyebabkan infeksi saluran kemih,” ujar dr. Debby.
Selain itu dr. Debby menerangkan bahwa jangka panjangnya infeksi luka akan mengembangkan adanya infeksi saluran kemih (ISK).
“Kemudian kalau ada ISK berulang mungkin kedepannya anaknya mungkin sakit, sering demam, seperti itu, sering ada keluhan buang airnya tidak nyaman,” jelasnya.
Mengingat dampak yang begitu nyata, ia juga tidak merekomendasikan tindakan sunat bayi perempuan ini dilakukan.
Kecuali memang terdapat kondisi medis tertentu yang memungkinkan memerlukan tindakan seperti klitoris tertutup selaput. Namun itu perlu pengkajian lebih lanjut apakah harus benar-benar dilakukan.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR