“Kalau misalnya pada ibunya sendiri, misalnya kita tahu bahwa penyakit dengan darah tinggi itu bisa menyebabkan kerusakan pada target organ. Misalnya Menyebabkan penyakit pada jantung, kerusakan pada hati, terjadinya pembengkakan hati dan robekan hati (ruptur hepar),” kata dr. Joe saat diwawancarai Nakita pada Jumat lalu (1/7/2022).
“Terus kemudian berkurangnya aliran darah ke ginjal bisa merusak dari fungsi ginjal,” kata dr. Joe menambahkan.
Selain itu, tambah dr. Joe, tekanan darah yang terlalu tinggi juga bisa menyebabkan terjadinya pendarahan di kepala, pembengkakan pada paru (edema paru) dengan gejala sesak nafas.
Itu beberapa komplikasi preeklampsia pada ibu hamil yang dirasakan langsung oleh ibunya. Lalu, bagaimana dengan janinnya?
“Kemudian pada janinnya, yang bisa terjadi ialah gangguan pertumbuhan janin atau pertumbuhan janin terhambat. Kemudian, lahir prematur karena bayi itu dilahirkan lebih awal dari usia kehamilan akibat kegawatdaruratan pada ibunya dan komplikasi pada janin, lalu bayi lahir dengan berat badan rendah, serta sindrom pernapasan akut neonatus (neonatal respiratory distress syndrome),” sebut dr. Joe.
“Terus kemudian, sampai terjadinya pelepasan plasenta yang dapat meninggalnya janin dalam rahim,” tutupnya.
Menurut dr. Joe, salah satu faktor risiko preeklampsia pada ibu hamil adalah nulliparity, yaitu suatu kondisi dimana seorang ibu hamil untuk pertama kalinya.
“Terus kemudian ibu dengan BMI (body mass index) lebih lebih dari 30,” tambah dr. Joe.
“Lalu, ibu yang mempunyai riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya,” tambah dr. Joe lagi.
Selain itu, dr. Joe juga menambahkan bahwa beberapa penyakit juga termasuk dalam faktor risiko preeklampsia saat hamil.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR