Nakita.id - Orangtua wajib memberikan pendampingan khusus ketika mengasuh anak memasuki usia remaja.
Mengasuh anak memasuki usia remaja sebagai periode transisi ketika masa kanak-kanak berubah menuju kedewasaan.
Dalam mengasuh anak memasuki usia remaja, orangtua punya andil yang begitu besar untuk mengarahkan anak dalam pengasuhan yang positif.
Pasalnya masa remaja membuat perilaku anak berubah secara drastis.
Mereka akan mencoba hal-hal baru yang mungkin belum pernah dicoba yang membuatnya penasaran selama ini.
Bahkan, keingin tahuannya ini juga kerap didorong oleh rangsangan seksual.
Dengan begitu, orangtua perlu berikan pengarahan perubahan apa saja yang nantinya akan terjadi.
Ini dilakukan agar anak tidak terjerumus ke dalam kehidupan anak remaja yang terlalu bebas yang mengakibatkan banyak kerugian untuk masa depannya.
Namun masih banyak orangtua yang merasa enggan atau malu untuk menjelaskan perubahan yang nantinya akan mereka hadapi, karena masih banyak dari orangtua yang menganggap jika perubahan ini akan mereka ketahui sendiri nantinya.
Baca Juga: Mengasuh Anak Memasuki Remaja, Pemeriksaan Seperti Ini yang Dokter Wajibkan untuk Diperhatikan
Dalam wawancara bersama Nakita, dr. Abdullah Reza, Sp. A, Dokter Spesialis ANAK RSIA Bunda Jakarta, perubahan yang terjadi pada anak remaja terjadi begitu cepat.
Bahkan kondisi ini kerap tidak seimbang dengan kondisi kesehatan kejiwaannya.
Perubahan ini terjadi sesuai dengan kondisi yang mereka alami nantinya.
"Remaja adalah transisi dari anak-anak ke dewasa, dimana mereka ada perubahan baik dari emosional, psikososial baik empati dan lain sebagainya dan perubahan itu jauh lebih dinamis," ungkap dr. Abdullah.
Perubahan yang terjadi dalam kehidupannya ini kerap menimbulkan kebingungan para anak remaja.
Maka perlu bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitar agar proses menuju dewasanya ini tidak salah langkah.
Moms perlu mengetahui perubahan apa saja yang masih bisa dianggap normal dan bagaimana perubahan yang justru tak seharusnya terjadi pada anak remaja.
"Untuk perubahan itu kita bisa lihat apakah remaja tersebut ke dalam rentan yang normal atau tidak, jika memang iya tidak normal pasti ada hal yang harus dievaluasi," ucap dr. Abdullah.
Orangtua perlu mengajarkan adanya perubahan fisik pada anak remaja termasuk perubahan pada organ reproduksi.
Menurut dr. Abdullah, perubahan fisik bisa diketahui dari tanda-tanda seks primer dan seks sekunder.
"Pertama dari segi fisik, bagaimana orangtua mengajarkan perubahan fisik atau genetik tadi, apa yang harus dilakukan terhadap perubahan fisik itu yang mana pria dan wanita berbeda," terangnya.
Kemudian, pastikan anak remaja melakukan kehidupan yang positif untuk tumbuh kembangnya.
Meski anak remaja sudah bisa melakukannya sendiri, orangtua harus tetap memastikan kebutuhan anak untuk makan makanan bergizi tercukupi.
Pasalnya anak remaja cenderung asal dalam mengonsumsi makanan, mereka akan lebih memilih makanan sesuai seleranya dibandingkan memperhatikan masalah gizi.
Ini juga berlaku bagi jam tidur anak remaja yang harus tetap terpenuhi.
Pastikan anak tidur dan bangun di waktu yang tepat.
"Lalu bagaimana melakukan hal yang sehat, makan yang baik, makanan yang sehat, tidur yang cukup karena sekarang banyak sekali makanan yang belum tentu sehat untuk anak remaja," imbuhnya
Baca Juga: Mengasuh Anak Memasuki Usia Remaja, Hal Seperti Ini yang Biasanya Anak Inginkan Dari Orangtua
Yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah perubahan psikososial mereka.
Akibat adanya perubahan fisik dan hormonal ini bisa memengaruhi perubahan emosionalitas anak remaja.
Perubahan ini bisa memengaruhi kehidupan sosial yang juga ikut berubah.
Teman sebaya, media masa dan lingkungan sekitar mereka bisa memengaruhi anak remaja dalam bersikap.
Ini semua menuntut adanya pengendalian orangtua untuk mengatur perilaku anak agar tetap sesuai dengan norma atau agama yang dianut masing-masing.
"Kemudian psikososial bagaimana mereka berhubungan dengan teman-temannya, berikan batasan dan yang paling penting adalah balik lagi ke agama masing-masing," ucap dr. Abdullah.
Ketika memasuki usia remaja, memang menjadi hal yang lumrah jika anak senang merasa sendiri dan hanya ingin bercerita kepada orang yang ia percayai, tetapi ajarkan juga anak untuk berbagi cerita akan hal yang mereka alami kepada Moms dan Dads tetapi dengan tidak adanya unsur paksaan.
Dengan menerapkan keterbukaan orangtua bisa tahu hal apa yang anak rasakan dan memberikan arahan dan pemantauan, tetapi ketika anak bercerita pastikan Moms dan Dads tidak menggunjing atau melakukan hal yang membuat anak merasa tidak yakin lagi untuk berdiskusi dengan orangtua di kemudian hari.
"Ajarkan anak juga keterbukaan, karena anak remaja lebih baik bersosial dengan orangtuanya dibandingkan ia bersosial dengan orang luar dari rumahnya," pungkas dr. Abdullah
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR