Nakita.id - Sekarang ini anak-anak juga bisa mengalami depresi yang mempunyai penyebab bermacam-macam.
Bila orangtua ingin mengetahu apa yang bisa menyebabkan depresi pada anak maka orangtua harus lihat beragam faktor yang bisa menyebabkannya, salah satunya kondisi rumah.
Depresi merupakan gangguan kesehatan kejiwaan yang cukup serius.
Seseorang akan mengalami perasaan sangat sedih, sangat kesal, sangat takut, tidak semangat hidup, dan hilang ketertarikan pada semua aktivitas.
Ia pun sering merasa putus asa, tidak berguna, selalu merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hingga mengalami gangguan tidur.
Secara klinis, seseorang yang mengalami depresi pun sering mengalami sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut, diare, dan lainnya.
Anak-anak pun memiliki masalah dan bahkan, permasalahan ringan, jika terjadi berulang-ulang akan membuatnya depresi.
Apalagi kondisi psikologis anak di usia ini belum mapan, masih tumbuh dan berkembang.
Pengaruh lingkungan akan sangat memengaruhi kestabilan emosinya sehingga beberapa faktor ini menjadi penyebab yang patut diwaspadai.
Anak kerap merasa dirinya buruk dan menjadi penyebab terjadinya masalah.
Dalam kondisi ini, anak akan merasa dirinyalah yang bersalah dan pantas dihukum.
Baca Juga: 7 Manfaat Menggendong Untuk Ibu dan Bayi, Termasuk Menghindari Depresi
Anak yang merasa bersalah akan menjadi marah kepada dirinya sendiri.
Atau, anak juga bisa merasa marah terhadap orang lain, misalnya karena merasa diperlakukan tidak adil, tapi ia tak bisa menunjukkan atau mengekspresikan kemarahannya.
Kondisi ini juga membuatnya merasa marah terhadap dirinya sendiri.
Perasaan tidak berdaya muncul karena anak tidak bisa mengatasi masalah yang dihadapinya.
Bisa karena belum tahu caranya, bisa juga karena ia merasa tidak memperoleh bantuan dari orang-orang di sekelilingnya.
Anak (karena ketidakberdayaannya) sering kali bergantung dan bersandar pada orang atau pihak lain (benda atau binatang).
Kehilangan tiba-tiba dari sesuatu yang menjadi tempat bersandar akan membuatnya limbung dan menyebabkan kesedihan luar biasa karena tidak adanya pegangan.
Cukup sering terjadi, anak menampilkan ekspresi sedih dan/atau menyakiti dirinya untuk memperoleh perhatian, cinta, dan simpati dari orang-orang di sekitarnya.
Beberapa anak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi sehingga ia sulit untuk mengembangkan aneka kemampuannya, seperti: interaksi, komunikasi, berbagi, empati, dan lainnya.
Anak yang sulit bersosialisasi diyakini akan lebih mudah mengalami depresi karena ia kerap menyimpan sendiri permasalahannya.
Bila ada anggota keluarga di rumah yang menunjukkan gejala depresi, hal ini akan menimbulkan suasana suram dan depresif di rumah.
Misalnya, rumah yang berantakan, kotor, tidak terawat, temaram, dan sebagainya.
Selain suasana rumah yang menimbulkan depresi pada anak, perilaku anggota keluarga yang depresi ini pun bisa menjadi contoh yang ditiru oleh anak.
Jadi jangan sampai anak terpapar pada orang yang mempunyai perilaku depresi.
Anak-anak juga bisa menghadapi permasalahan rumit.
Misalnya, kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah, mengalami kekerasan, pelecehan seksual.
Atau bisa saja anak mempunyai pengalaman traumatis yang biasanya tidak mampu diatasinya dengan baik.
Permasalahan-permasalahan ini dapat memicu munculnya depresi.
Perubahan hormonal atau kondisi fisiologis lainnya juga bisa membuat anak menjadi sensitif.
Sehingga, anak berpeluang mengalami depresi.
Hal ini bisa terjadi pada anak-anak yang sedang mengalami pubertas.
Bisa juga terjadi pada anak-anak yang mengalami anemia (kekurangan zat besi), gangguan tiroid, virus, alergi makanan, dan gula darah yang tidak stabil. (Sumber: Tabloid Nakita)
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR