Nakita.id - Kesehatan mental menjadi masalah yang saat ini belum banyak terlalu dipahami secara mendalam, khususnya oleh masyarakat Indonesia.
Karena kurangnya pemahaman soal kesehatan mental, membuat segelintir orang salah dalam menafsikan permasalahan mental yang dialaminya.
Bahkan tak sedikit orang yang melakukan self diagnosed bahwa mereka mengalami gangguan mental setelah menyadari adanya perubahan pada perasaan, emosi, pikiran dan perilakunya sehari-hari.
Padahal perubahan-perubahan itu belum tentu menunjukkan adanya gangguan pada kesehatan mental.
Sebab pada dasarnya, perubahan pada empat hal tersebut sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi dialami setiap orang.
Itulah yang dikatakan Nidya Dwika Puteri, M.Psi dalam acara KompasFest pada sesi A Closer Look at Mental Health Status yang diadakan secara hybrid, Sabtu (20/08/2022).
Dalam acara tersebut, Nidya awalnya sempat menjelaskan apa yang dimaksud dengan kesehatan mental itu sendiri.
"Kalau berbicara kesehatan mental itu merupakan kondisi dimana kita mengalami kesejahteraan secara psikis, emosi dan fisik yang dapat memengaruhi aktivitas," jelas Nidya.
Ia juga menambahkan, bahwa kesehatan mental sebenarnya tak sebatas perubahan mood.
Tapi hal itu terjadi akibat adanya perubahan pada suasana hati dan perubahan aktivitas serta diri yang sangat ekstrem.
Saat ini banyak orang yang dengan mudah mendiagnosa bahwa dirinya terkena gangguan mental, lantaran mengalami perubahan emosi.
Baca Juga: Punya Andil Penting dalam Berperan Sama, Ini Dia Peran Dads dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak
Bahkan untuk mengetahui apakah mereka memiliki gangguan mental, banyak orang yang melakukan self diagnosed dengan melihat dari internet.
Hal itu tentunya salah besar.
Sebab, untuk mengetahui adanya gangguan pada mental atau tidak, Nidya mengatakan perlu adanya pengamatan yang lebih jauh.
"Diagnosa itu nggak bisa dilihat dari google, karena ada hal yang wajib diamati lebih jauh," jelasnya.
Nidya juga menambahkan, untuk melihat apakah kita mengalami gangguan kesehatan mental atau tidak, kuncinya hanya satu.
Yaitu dengan melihat perubahan ekstrem yang terjadi pada diri kita.
Sebenarnya, apakah bisa sejak awal gangguan kesehatan mental itu terdeteksi?
Jawabannya bisa, Moms!
Untuk mengetahui cara mendeteksinya, Nidya sempat memaparkan seperti apa cara mendeteksi adanya gangguan atau tidak pada kesehatan mental kita.
"Bisa perhatikan tanda kuncinya yaitu ada pola yang berulang," tuturnya.
Gangguan kesehatan mental juga biasanya tak akan terjadi hanya sekali.
Hal itu bisa terjadi berulang-ulang dan mungkin saja ada pemicu yang menyebabkan hal itu terjadi.
Namun dikatakan Nidya, rasa cemas bukanlah pertanda adanya gangguan terhadap mental kita.
Sebab cemas adalah perasaan yang wajar dialami karena sebagai bentuk respon alami dari tubuh.
Felicia Hutapea, aktivis kesehatan mental, juga sependapat dengan Nidya.
Bahkan menurutnya, pemicu terbesar seseorang bisa memiliki kesehatan mental karena disebabkan oleh media sosial.
Felicia juga mengungkapkan, media sosial bisa memiliki efek terhadap emosi apabila kita tak bisa mengontrol berapa lama waktu yang kita habiskan untuk bermain media sosial.
"Yang perlu kita ingat adalah gak semua di sosial media itu real. Karena biasanya di sosmed juga pengen kasih liat yang seru aja," kata Felicia.
Agar tak kecanduan dengan sosial media, Felicia sempat membagikan beberapa tips yang bisa Moms tiru nih, agar kesehatan mental tetap terjaga.
"Ada yang namanya daily limit. Kita harus bisa atur dalam sehari main sosial media berapa menit," bebernya.
Menurutnya, melihat unggahan orang lain di media sosial sama saja membuang-buang waktu kita.
Apalagi unggahan tersebut tak memiliki dampak positif khususnya bagi kesehatan mental.
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR