Nakita.id – Menjalankan peran sebagai ibu memang tak selalu mudah.
Terutama bagi Moms yang baru pertama kali memiliki anak.
Moms tentu bercita-cita ingin memberikan ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif dilakukan sejak awal kehidupan Si Kecil.
Bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan.
Berperan menjadi seorang ibu menyusui, kerapkali dihadapi berbagai tantangan.
Moms mungkin berpendapat jika tantangan ini seakan tak pernah habis.
Apalagi jika Moms kekurangan dukungan dari lingkungan terdekat.
Seperti suami, keluarga atau kerabat dekat.
Kurangnya dukungan yang seharusnya didapatkan dari orang terdekat tentu memengaruhi kondisi kesehatan mental ibu.
Pasalnya ibu menyusui yang tidak mendapatkan dukungan menyusui sangat berisiko mengalami stres.
Baca Juga: Serba-serbi MengASIhi, Psikolog Sebut Ibu Menyusui Tidak Boleh Stres, Bisa Picu Kualitas ASI
Berbeda halnya jika ibu mendapatkan dukungan penuh dari pasangan dan keluarga.
Menurut Dra. Darjanti Kalpita Rahajuningrum, Psikolog RS Azra Bogor, yang ditemui secara langsung oleh tim Nakita, Jumat (26/8/2022) mengatakan keluarga bisa menjadi penyemangat bagi ibu menyusui agar bisa beradaptasi.
"Keluarga di rumah itu sebagai support system," ucap Darjanti.
Awal menyusui merupakan masa perubahan.
Ada banyak perubahan yang akan ibu hadapi.
Jika ibu menyusui tidak siap menghadapi perubahan tersebut ini akan memengaruhi kondisi psikologisnya.
"Proses perubahan setelah melahirkan itu luar biasa. Ada perubahan hormon, perubahan situasi dan balik juga ke kesehatan mentalnya," sambungnya.
Disinilah peran keluarga dalam memberikan support system.
Apabila orang terdekat abai bisa menyebabkan ibu menyusui mengalami stres.
"Kalau tidak ada support system yang kuat, ini bisa memicu stres juga," ungkap.
Darjanti menyadari betul setelah melahirkan pasangan suami istri bisa saja sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Seperti ayah yang kembali melanjutkan rutinitasnya dengan bekerja.
Sedangkan ibu harus berkutat mengurus segala keperluan rumah tangga dan bayi.
Perubahan seperti inilah yang kerap membuat ibu mengalami baby blues.
"Suami balik lagi kerja, sementara istri kondisinya kurang fit, harus ngurus keluarga, nah ini kadang ada istilah baby blues," tutur Darjanti.
Baby blues sendiri kerap terjadi pascapersalinan.
Namun hal ini tidak akan terjadi apabila suami dan keluarga menjadi pendukung nomor satu.
Dads dan keluarga lainnya bisa turut serta membantu apa saja yang dibutuhkan untuk menyukseskan pemberian ASI.
"Itu tidak akan terjadi kalau suami dan support system di dalam keluarga berfungsi," terangnya.
Dukungan orang terdekat dapat memengaruhi kelancaran produksi ASI.
Hubungan yang baik bisa meningkatkan hormon oksitosin yang mana menentukan kualitas ASI.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan suami untuk mendukung masa-masa menyusui, misalnya:
- Menciptakan suasana yang tenang.
- Memberikan perasaan aman bagi Moms.
- Memberikan pijatan dengan penuh kasih sayang.
Pasalnya, jika ibu tidak memiliki pendukung ini bisa menyebabkan kualitas ASI menurun.
Bila sudah seperti itu, Moms mungkin tidak bisa memberikan ASI secara optimal.
Sehingga, akan timbul perasaan bersalah karena tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI harian bayi.
"Bisa saja menimbulkan rasa bersalah. Stresnya dalam bentuk berbeda si ibu merasa aku tidak bisa, tetapi sebetulnya bagaimana memaknai situasi seperti ini," imbuhnya.
Cara berpikir ibu menyusui juga bisa memengaruhi berhasil atau tidaknya pemberian ASI.
Bila memiliki kendala dalam masa menyusui tak ada salahnya konsultasikan kepada ahli, namun konsultasi pun harus dibarengi dengan keyakinan Moms, bahwa dirinya mampu berperan menjadi seorang ibu menyusui.
"Konsultasi dengan ahlinya pun tidak akan bisa kalau dia sudah mandek cara berpikirnya. Aku merasa tidak berharga, aku menjadi ibu yang tidak becus," pungkas Darjanti.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR