Nakita.id - Seringkali kita mendengar ungkapan bahwa bayi adalah makhluk polos dan masih tak berdaya.
Ternyata perkataan itu tidak sepenuhnya tepat.
Sebab, ada beberapa hal yang sudah bisa dilakukan bayi, terutama menyangkut daya ingatnya.
Bayi pun sudah punya daya ingat. Beri ia banyak pelajaran dan pengalaman manis.
Kita tahu daya ingat merupakan bagian dari kecerdasan.
Memang fungsi daya ingat bayi belum terlalu banyak.
Kita pun tak bisa memastikan kapan bayi akan sadar dengan apa yang dilihat atau diingatnya, karena daya ingat merupakan hal yang abstrak.
Yang jelas, daya ingat pada akhirnya mengarah pada keberadaan diri dengan lingkungan sosialnya. Entah ia suka atau tidak berada pada lingkungan sosialnya.
Dengan demikian bisa dikatakan, daya ingat didapat bayi dari pengalaman dan yang diajarkan.
Daya ingat yang diperoleh dari pengalaman amat erat kaitannya dengan perkembangan motorik maupun tugas-tugas perkembangan.
Bukankah begitu lahir, bayi harus beradaptasi dengan keadaan sekelilingnya? Dari sini kcemasan-kecemasan mulai timbul dan pancaindra mulai berfungsi. Ia mulai kontak dengan ibu saat digendong dan disusui sambil meraba-raba tubuh sang ibu.
Baca Juga: Ini Dia 3 Cara Atasi Perut Kembung Bayi Baru Lahir dengan Cara Alami
Kemudian di usia 3-6 bulan ia mulai mengangkat kepalanya, belajar mengenal orang, tersenyum, mengoceh, mencoba meraih benda yang di dekatnya.
Setelah usia 6 bulan, ia mulai belajar pelan-pelan merangkak, tengkurap bolak balik, duduk, dan sebagainya.
Nah, bila dulu daya serapnya lewat mainan hanya sekadar dapat meraih saja, kini sudah bisa dipegang-pegang dan dipindah-pindah tangan.
Ia juga sudah bisa membedakan mana orang tuanya.
Berikutnya, di usia 9 bulan ia mulai punya rasa, seperti rasa manis dan asin.
Makanya, bila ia tak suka asin, ia akan menolak kala diberi makanan yang rasanya asin.
Lalu di usia 9-12 bulan ia sudah bisa berdiri, meraih segala sesuatu, melihat sekelilingnya, berkata satu-dua kata, bahkan bisa berjalan.
Jadi, daya jangkaunya sudah lebih luas lagi.
Juga meski fungsi indra dan intelektualnya belum sempurna seluruhnya, tapi ia mulai merasakan reaksi dari apa yang dilakukannya.
Dari situ ia mulai mengingat, apa yang boleh dan tidak dilakukannya.
Misal, di usia 6-9 bulan, kala ia menjatuhkan mainan, ia berpikir hal itu menyenangkan dan akan mengingatnya, hingga ia pun menjatuhkan lagi mainannya.
Pada bayi normal, ia bisa merasakan reaksi dari yang sudah ia lakukan dan apakah hal itu menyenangkan atau tidak.
Pengalaman yang menyenangkan akan terus diulang-ulang.
Nah, pengalaman menyenangkan atau berkesan ini akan melekat dan membekas terus dalam ingatannya.
Itu sebabnya pada masa 0-12 bulan ini diharapkan kehadiran bayi bisa diterima dan dirinya merasa nyaman di lingkungannya.
Apalagi, meski belum mengerti, bayi pun bisa merasakan dirinya diterima atau tidak.
Ia bisa melihat bagaimana sikap ibu yang penuh kasih sayang, entah dari cara si ibu menyanyi, mengajak bicara, tersenyum, dan sebagainya.
Bila si ibu bisa menerimanya dengan penuh kasih sayang, ia pun akan merasa aman, nyaman, dan diterima dalam lingkungan sosialnya yang baru di dunia.
Sebaliknya, ia bisa merasakan bila tak diterima, yakni dari sikap sang ibu yang kasar padanya, entah karena si ibu belum siap menerima kehadiran anaknya atau sebab lain.
Pengalaman tak menyenangkan ini akan membekas di ingatannya.
Dampaknya, ia selalu dilanda kecemasan dan akan menarik diri dari hal-hal tak menyenangkan yang diterimanya dari lingkungan.
Karena itulah, jangan sampai di tahun pertama bayi punya trauma berat karena kelak
ia akan jadi takut dan mengalami kesulitan bila masuk ke lingkungan sosial. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: 5 Obat Batuk Bayi Mulai Dari Bahan Alami Hingga yang Dibeli di Apotek
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR