Menurut Ayu, tips pertama yang harus dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu perilaku atau sikap apa saja yang termasuk KDRT.
“Kita harus mengenali dulu. Jadi, jangan sampai kita sudah ada dalam situasi kekerasan, tapi kita enggak sadar kalau itu tuh sedang mengalami kekerasan,” pesannya.
“Kita harus benar-benar paham,” ucapnya dengan tegas.
Tips berikutnya adalah mencoba memasang batasan (boundary).
“Pasang boundaries untuk kalau misalnya (tindakan KDRT) sudah sampai ke sini (tingkat parah). Apa yang bisa saya lakukan,” sebut Ayu.
“Jadi, kita harus buat tanda toleransinya mau sampai mana. Kemudian, boundaries-nya ini dikomunikasikan ke pasangannya,” lanjutnya menyampaikan.
Hal ini sangat direkomendasikan bagi Moms ataupun Dads yang memiliki trauma atau pengalaman kekerasan yang berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan, sehingga perlu dikomunikasikan bersama pasangan.
Berikutnya, Moms dan Dads bisa lakukan konseling pra nikah apabila belum menikah.
Atau, kalau sudah dalam pernikahan, maka bisa lakukan konseling pernikahan.
“Intinya adalah, kita membutuhkan pihak ketiga sebagai penengah untuk mencari tahu dari sisi suami dan istri itu seperti apa,” jelas Ayu.
Baca Juga: Beragam Dampak KDRT Terhadap Korban yang Wajib Diketahui Menurut Psikolog, Jangan Disepelekan!
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR