Nakita.id - Masalah kesehatan mental yang mengancam orang modern saat ini adalah depresi.
Dan bukan tak mungkin depresi juga mengenai ibu hamil dengan segala permasalahannya.
Jika depresi saat hamil tak ditangani dengan baik, bisa berlanjut hingga pascapersalinan.
Sepuluh persen wanita hamil berpeluang mengalami depresi dari tingkat ringan sampai parah dengan beragam penyebab.
Terutama mereka yang berkepribadian kurang matang, pernah mengalami infertilitas dan kini tiba-tiba hamil setelah menunggu sekian lama, juga mereka yang berulang kali mengalami keguguran.
Semua itu membuat mereka jadi khawatir berlebih, semisal takut akan keguguran lagi atau anaknya cacat.
Mereka yang mengalami depresi, umumnya tak bisa tidur, murung, dan tak bisa konsentrasi.
Jika depresinya ringan, ibu hamil masih bisa menjalankan aktivitas dengan cukup memadai.
Pada depresi sedang, selain gangguan tidur lebih parah, si ibu pun jadi lebih lamban dalam bekerja dan lambat mengambil keputusan, serta mulai bolos kerja.
Ia juga mengalami gejala somatik (gejala fisik yang jadi tameng gejala depresinya), semisal lambungnya terasa kembung, matanya selalu pedas, dadanya selalu sesak, kepala sakit, dan lainnya.
Namun bila ditanya, ia akan berkelit dirinya tidak stres. Jadi, ia tak menyadari dirinya mengalami depresi.
Baca Juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Kenali Penyebab Depresi Pada Ibu Hamil Serta Cara Tepat Mengatasinya
Pada tingkat berat, muncul waham (keyakinan yang tak ada dasarnya) nihil.
Misal, ia merasa dirinya sudah mati, paru-parunya sudah beku, jantungnya tak berdegup lagi.
Setelah diperiksa oleh dokter, paru-parunya ternyata sehat-sehat saja tapi ia tetap yakin paru-parunya tak bekerja lagi.
Gejala lain: ada halusinasi atau pengalaman pancaindra tanpa ada rangsangan pancaindra.
Contohnya, mendengar orang bicara, tapi tak ada suara apa pun.
Biasanya depresi menyebabkan ibu hamil tak mau makan. Bila tak segera diatasi akan mengalami gangguan lambung.
Sebab, stres membuat produksi serotonin (bertugas merangsang pengerutan otot polos, terutama otot pencernaan) jadi sangat rendah.
Lebih dari itu, pertumbuhan janin bisa terhambat.
Soalnya, akibat tak mau makan, metabolisme ibu jadi tak maksimal, hingga pasokan oksigen pada janin juga tak maksimal.
Selain itu, ibu hamil yang selalu gelisah, cemas, dan takut, anaknya kelak akan mengalami kesulitan belajar, tak bisa konsentrasi, sering ketakutan, bahkan tak jarang hiperaktif.
Bila depresinya akut, menyebabkan kontraksi jadi tak teratur, jalan lahir bisa sangat kaku dan sulit membuka, atau posisi bayi tak kunjung turun, hingga menyulitkan ibu dalam persalinan.
Baca Juga: Para Ibu Hamil Wajib Waspada Gejala Depresi Selama Kehamilan, Ini Penjelasannya
Peran keluarga, terutama suami, amat besar pengaruhnya bagi ibu hamil dalam upaya mengatasi depresinya.
Artinya, keluarga harus mendukung kehamilan tersebut dan memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada si ibu akibat kehamilannya.
Sementara pemberian obat-obatan antidepresan merupakan langkah terakhir karena obat-obatan ini bisa berpengaruh pada liver janin.
Sebelum kehamilan berumur 4 bulan, obat-obatan ini tak boleh diberikan.
Untuk mengendurkan ketegangan, lakukan relaksasi.
Tidur-tiduran di alas yang agak keras atau duduk bersandar di kursi dengan rileks, lalu pejamkan mata dan kendurkan otak serta otot-otot tubuh dari muka hingga kaki.
Biasanya bisa sampai ketiduran.
Sesudah itu, akan terasa segar dan tak tegang.
Jika tak juga bisa diatasi, segera konsultasikan ke ahlinya, psikolog atau psikiater.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR