Nakita.id - Setiap orangtua tentu berharap agar bisa melepas anak untuk sekolah agar tidak menangis ketika ditinggal.
Akan tetapi, upaya melepas anak untuk sekolah kerap sulit dijalankan bagi beberapa orangtua termasuk Moms, karena anak yang sering menangis setelah terlalu lama menempel dengan ibunya.
Untuk itu, simak terus beberapa tips melepas anak untuk sekolah agar tidak menangis ketika ditinggal menurut psikolog ini!
Semua orangtua tentunya mendambakan sang buah hatinya bisa tumbuh menjadi anak mandiri dan berani.
Maka dari itu, penting sekali bagi Moms untuk mengajarkan kemandirian serta keberanian pada anak sejak dini.
Mengajarkan kemandirian serta keberanian pada anak sejak dini tentu memiliki manfaat yang luar biasa untuk tumbuh kembangnya, Moms.
Selain menjadi pribadi yang lebih percaya diri, Si Kecil juga dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab.
Meski begitu, hal ini bukanlah hal mudah untuk diajarkan pada anak-anak kita.
Apalagi, saat mengantarkan Si Kecil ke sekolah pertamanya lalu meninggalkannya dalam beberapa waktu kedepan.
Pengalaman ini memang bukan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi Si Kecil sendiri.
Akan tetapi, ada tips-tipsnya yang bisa Moms coba terapkan mulai sekarang.
Baca Juga: 8 Tips Berperan Sama dalam Mengajarkan Anak agar Lebih Mandiri, Salah Satunya Tentukan Prioritas
Menurut Joe Irene, M.Psi., Psikolog Klinis dari Bicarakan.id, anak memang diperlukan adanya masa-masa perkenalan, transisi, hingga perasaan aman.
"Biar enggak nangis bagaimana? Jangan lupa untuk memperkenalkan lingkungan sekolahnya," ucap Joe saat diwawancarai Nakita pada Jumat (14/10/2022).
"Karena terkadang, kita sebagai orangtuanya, lihatnya cuma bagian luarnya saja. Dari sekolah, fasilitas, hingga guru-guru," terang Joe.
Joe sangat menyarankan, anak juga bisa dibawa ke lingkungan sekolah tersebut agar anak bisa berkenalan dengan lingkungan tersebut.
Kemudian, lanjut Joe, tanyakan pada anak tentang apa yang dirasakannya saat itu.
"Terkadang, kebanyakan sekolah ada masa trial atau masa pencobaan, dimana anak bisa duduk di kelas," ungkapnya.
"Kalau anaknya santai-santai saja, berarti aman. Tapi kalau gelisah dan tidak bisa duduk diam, mungkin kita bisa tanyakan ke anak," lanjutnya menyampaikan.
Menurut Joe, anak yang sudah masuk usia sekolah minimal sudah bisa menjawab pertanyaan dengan jawaban 'Ya' dan 'Tidak'.
"Lalu, kita bisa bantu dia (anak) dengan memberikan rasa aman (ketika akan meninggalkannya)," katanya.
"Meski anak takut, tapi anak akan langsung percaya karena sudah diberi rasa aman dari orangtuanya," jelas Joe.
Baca Juga: Berperan Sama Mengajarkan Anak Terbiasa Membersihkan Rumah, Begini Cara yang Bisa Ayah Lakukan
Joe menyampaikan, dampak negatifnya bagi anak adalah anak akan sulit beradaptasi dengan dunia sosial di luar rumah. Terutama, di dunia pendidikan.
"Kalau di lingkungan akademis, di setting sekolah pada umumnya tidak bisa terus ditemani. Atau, kalau berteman pun atau sekadar bermain di playground kan tidak bisa terus menempel," jelasnya.
"Walau ibunya merasa, 'Ah, aman nih kalau dia nempel terus,' itu betul tapi sampai titik tertentu," ungkapnya menjelaskan.
Joe menyebut bahwa orangtua termasuk ibu juga membutuhkan self care atau perawatan diri.
"Dia harus makan, mandi, buang air, dan lain-lain," sebutnya.
"Semudah itu saja, terkadang untuk anak yang terlalu nempel itu tidak boleh. Apalagi, kalau misalnya (usia anak) masih kecil," ungkapnya.
Akan tetapi, lanjut Joe, ada masanya dimana anak harus benar-benar lepas dari orangtuanya.
Dalam artian, misalnya orangtua mau pergi bekerja, bertemu teman, ataupun belanja yang mana tidak bisa selalu membawa anaknya.
"Kegiatan-kegiatan tersebut akan jadi sulit untuk orangtuanya," kata Joe.
"Baik untuk merawat diri maupun menjalankan tugasnya yang lain," lanjutnya.
Itulah dampak negatif yang bisa dialami baik pada anak maupun orangtua, khususnya sang ibu kandung.
Baca Juga: 5 Tips Aman Meninggalkan Anak di Rumah Sendirian Supaya Lebih Mandiri dan Bertanggung Jawab
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR