Nakita.id - Topik mengenai KDRT belakangan ini ramai menjadi bahasan.
Tidak lain karena salah satu publik figur Tanah Air melaporkan sang suami atas dugaan KDRT.
Ya, Lesti Kejora melaporkan Rizky Billar atas tindak KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga.
Meski sempat membuat publik geger, Lesti dan Billar akhirnya berdamai.
Lesti Kejora mencabut laporannya usai sang suami berstatus tersangka dan sudah ditahan.
Lesti dan Billar sepakat membuat surat perjanjian pasca prahara rumah tangga mereka.
Bahwa Billar tidak akan mengulangi perbuatannya lagi kepada sang istri.
Di sisi lain, Lesti Kejora juga mengungkap kalau anak menjadi salah satu alasannya untuk berdamai.
Menurut Lesti, seburuk-buruknya Rizky Billar, dia tetap seorang ayah untuk anak mereka Muhammad Leslar Alfatih Billar.
Berkaca dari rumah tangga Lesti dan Billar, sebenarnya apa yang membuat seseorang bertahan dalam hubungan abusive?
Ini beberapa yang menjadi alasan.
Melansir laman Marriage, berikut ini 6 kemungkinan alasan korban KDRT bertahan dalam hubungan yang tidak sehat.
Tidak mengherankan bahwa rasa malu adalah salah satu alasan utama mengapa korban KDRT tetap bertahan.
Banyak yang berpikir bahwa meninggalkan rumah, putus dengan pelaku atau bercerai, menunjukan sebuah kegagalan.
Tidak memenuhi harapan masyarakat seringkali memberikan banyak tekanan pada korban, itulah sebabnya mereka merasa harus tetap bertahan meski hubungannya abusive.
Jika Moms adalah korban KDRT, ingatlah bahwa meninggalkan pelaku bukanlah tanda kelemahan.
Sebaliknya, ini adalah tanda kekuatan yang menunjukkan bahwa seseorang cukup kuat untuk memutuskan siklus dan mencari kehidupan yang lebih baik.
Beberapa korban KDRT berpendapat bahwa mereka mungkin melakukan sesuatu yang memicu kekerasan dari pelaku.
Sehingga mereka masih merasa bertanggung jawab atas insiden ini.
Pelaku kekerasan biasanya memberi tahu korbannya bahwa tindakan mereka membuat dirinya marah.
Ingatlah bahwa tak satu pun dari pemikiran ini menjadi alasan untuk melakukan kekerasan.
Baca Juga: Rizky Billar Resmi Bebas Setelah Lesti Kejora Cabut Laporannya, Akui Sangat Mencintai Sang Istri
Apabila kekerasan bersifat psikologis, korban berpikir bahwa hal ini tidak benar-benar termasuk dalam kategori KDRT karena tidak memiliki memar untuk ditunjukkan.
Namun, seringkali harga diri korban bisa terpengaruh ke titik di mana mereka percaya bahwa mereka pantas mendapatkan kata-kata kasar.
Terkadang, korban KDRT tidak punya tempat untuk pergi. Dan, itulah alasan mengapa mereka takut meninggalkan hubungan yang toksik seperti itu.
Mereka akan terus bertahan apalagi jika mereka secara finansial bergantung pada pelaku KDRT.
Korban KDRT bisa saja merasa gagal jika pernikahan mereka hancur dan mungkin mereka tidak akan kembali ke orang tua mereka.
Mereka juga mungkin merasa bahwa mengandalkan teman sering kali hanya menjadi solusi sementara.
Mereka takut temannya terlibat ke dalam pertengkaran dengan pasangan mereka.
Di sisi lain, korban KDRT seringkali begitu terisolasi sehingga mereka tidak memiliki kehidupan di luar rumah dan merasa sendirian tanpa teman yang dapat mereka andalkan.
Korban KDRT bisa jadi merasa takut kekerasan terjadi lebih buruk sehingga memilih untuk bertahan.
Jika korban memilih untuk melaporkan pasangannya, mereka berisiko mengalami kekerasan yang lebih parah, apabila polisi tidak melakukan apa pun untuk membantu mereka.
Bahkan jika mereka berhasil memenangkan sebuah kasus dan pasangan mereka dihukum, kemungkinan pelaku akan mencari korban setelah bebas untuk membalas dendam.
Salah satu alasan utama mengapa korban tidak meninggalkan pelakunya adalah karena mereka jatuh cinta.
Dalam beberapa kasus, korban masih melihat sekilas orang yang mereka cintai, pada pelakunya.
Hal ini sering membuat mereka berpikir bahwa pelaku dapat berubah kembali seperti semula.
Korban percaya bahwa mereka dapat membantu pelaku untuk berubah dengan menunjukkan dukungan.
Di sisi lain, pelaku sering berjanji untuk berhenti dan berubah dan korban pun mempercayainya sampai kekerasan ternyata terjadi lagi.
Ketika ada anak-anak yang terlibat, seluruh situasi menjadi lebih sulit.
Korban biasanya tidak ingin melarikan diri dan meninggalkan anak-anak dengan pasangannya yang abusive.
Namun, di sisi lain membawa anak-anak pergi dari rumah dapat menimbulkan banyak masalah hukum.
Oleh karena itu, mereka rela tinggal di rumah yang penuh kekerasan ini untuk mencegah anak-anak mereka mengalami kekerasan yang sama.
Itulah beberapa alasan korban KDRT memilih bertahan di hubungan yang abusive.
(Artikel ini sudah tayang di Nova dengan judul: 6 Alasan Korban KDRT Bertahan dalam Hubungan yang Abusive)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR