Selain itu, setiap setelah melahirkan, penting sekali bagi seorang ibu untuk tetap melakukan kontrol atau pemeriksaan kesehatan ke bidan atau dokter yang membantu persalinan.
“Sehingga, para tenaga kesehatan ini akan bisa mendeteksi kalau misalnya si ibu mengalami, misalnya, baby blues yang berkepanjangan, depresi pasca melahirkan, bahkan mungkin mengalami gangguan psikosis pasca melahirkan,” jelas Anne.
“Kalau memang diperlukan, bisa dirujuk kepada tenaga yang lebih ahli, yang bidangnya terkait dengan kesehatan mental ini,” katanya berpesan.
Tak sampai di situ. Anne juga menyampaikan bahwa peran suami dalam mendampingi istrinya, khususnya pasca melahirkan, itu sangat penting.
“Peran suami di sini nomor satu,” kata Anne dengan tegas.
“Siap mendampingi dan menerima apapun atau keluhan yang dikeluarkan atau disampaikan dari si ibu hamil ini, karena ini semua diluar kendali dia,” katanya lagi.
Pasalnya, Anne menjelaskan bahwa ada faktor hormonal, biologis, kesakitan, dan masih banyak lagi. Terlebih, jika ibu hamil tersebut melahirkan dengan komplikasi.
“Jadi, memang kalau dulu kita ada slogan ‘Suami Siaga’. Nah, itulah yang memang harus dilakukan para suami,” ucap Anne.
Gangguan kesehatan mental ini masih dianggap sepele bagi banyak orang.
Terlebih, tak sedikit pula yang menganggap orang dengan gangguan kesehatan mental dianggap gila atau tidak waras.
Akibatnya, baik keluarga maupun korban dari gangguan kesehatan mental menjadi malu untuk mencari pertolongan profesional.
Baca Juga: Di Hari Kesehatan Mental Sedunia Harus Tahu Ciri-ciri Mental Breakdown, Apa Moms Mengalaminya?
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR