Nakita.id - Beberapa tahun belakangan ini, topik kesehatan mental semakin terdengar di kalangan masyarakat dunia. Tak terkecuali Indonesia.
Bahkan sebenarnya, permasalahan kesehatan mental di Indonesia dinilai cukup tinggi.
Berdasarkan sebuah penelitian terbaru, tingkat bunuh diri di Indonesia yang sebenarnya mungkin setidaknya 4 kali lipat dari angka yang dilaporkan.
Ditambah, jumlah percobaan bunuh diri yang setidaknya 7 kali lipat dari jumlah tersebut.
Data lainnya menunjukkan, hanya terdapat 4.400 psikolog dan psikiater di Indonesia, dengan jumlah populasi lebih dari 250 juta orang.
Angka populasi tersebut jelas sudah termasuk angka wanita yang sudah melahirkan anak.
Penting untuk diketahui, wanita yang sudah melahirkan umumnya memiliki gangguan kesehatan mental.
Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dan faktor hormonal menjadi salah satunya.
“Jadi kalau ibu hamil itu sebenarnya sangat penting sekali dukungan keluarga, ya. Lalu juga, persiapan sebelum melahirkan tentunya akan sangat bagus kalau memang ada masalah selama kehamilan,” pesan Annelia Sari Sani dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, saat ditanyai Nakita dalam acara Press Conference ‘It Starts and Ends with Us’ pada Kamis (20/10/2022).
“Sempatkan berkonsultasi dengan baik dokternya atau pihak-pihak lain yang profesional. Ini akan sangat membantu,” ucap Anne sambil berpesan lagi.
Meski begitu, Anne mengingatkan kembali bahwa nomor satu adalah ibu hamil membutuhkan dukungan keluarga, teman-teman sekitar, dan kelompok-kelompok terdekat.
Baca Juga: Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia, Jaga Kesehatan Mental Sama Penting Dengan Kesehatan Fisik!
Selain itu, setiap setelah melahirkan, penting sekali bagi seorang ibu untuk tetap melakukan kontrol atau pemeriksaan kesehatan ke bidan atau dokter yang membantu persalinan.
“Sehingga, para tenaga kesehatan ini akan bisa mendeteksi kalau misalnya si ibu mengalami, misalnya, baby blues yang berkepanjangan, depresi pasca melahirkan, bahkan mungkin mengalami gangguan psikosis pasca melahirkan,” jelas Anne.
“Kalau memang diperlukan, bisa dirujuk kepada tenaga yang lebih ahli, yang bidangnya terkait dengan kesehatan mental ini,” katanya berpesan.
Tak sampai di situ. Anne juga menyampaikan bahwa peran suami dalam mendampingi istrinya, khususnya pasca melahirkan, itu sangat penting.
“Peran suami di sini nomor satu,” kata Anne dengan tegas.
“Siap mendampingi dan menerima apapun atau keluhan yang dikeluarkan atau disampaikan dari si ibu hamil ini, karena ini semua diluar kendali dia,” katanya lagi.
Pasalnya, Anne menjelaskan bahwa ada faktor hormonal, biologis, kesakitan, dan masih banyak lagi. Terlebih, jika ibu hamil tersebut melahirkan dengan komplikasi.
“Jadi, memang kalau dulu kita ada slogan ‘Suami Siaga’. Nah, itulah yang memang harus dilakukan para suami,” ucap Anne.
Gangguan kesehatan mental ini masih dianggap sepele bagi banyak orang.
Terlebih, tak sedikit pula yang menganggap orang dengan gangguan kesehatan mental dianggap gila atau tidak waras.
Akibatnya, baik keluarga maupun korban dari gangguan kesehatan mental menjadi malu untuk mencari pertolongan profesional.
Baca Juga: Di Hari Kesehatan Mental Sedunia Harus Tahu Ciri-ciri Mental Breakdown, Apa Moms Mengalaminya?
Padahal, kesehatan mental adalah aspek penting yang mendorong produktivitas seseorang.
“Kesehatan mental dan bunuh diri berdampak besar pada ekonomi, dengan perkiraan biaya Rp 582 triliun per tahun dalam kematian dan hilangnya produktivitas. Sementara itu, kemajuan untuk penanganan kesehatan mental berjalan lambat,” ungkap Dr. Sandersan (Sandy) Onie, Project Leader & Founder EHFA dan President Indonesian Association for Suicide Prevention.
Dengan demikian, kesehatan mental adalah sesuatu yang harus disadari oleh masyarakat agar dapat tetap hidup produktif.
Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental, Emotional Health for All (EHFA) mengadakan Indonesia Mental Health Movement: It Starts and Ends with Us pada 29 Oktober 2022 mendatang di The Kasablanka Hall, Kota Kasablanka Mall Lantai 3.
Bekerja sama dengan Yayasan Kesehatan Umum Kristen (YAKKUM) dan Black Dog Institute, acara ini diadakan dengan mengajak masyarakat untuk mulai sadar akan pentingnya memprioritaskan kesehatan mental dan mawas diri, karena menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik.
Selain itu, EHFA, YAKKUM, dan Black Dog Institute juga akan melaksanakan Deklarasi Relio-Mental Health Indonesia yang merupakan acara deklarasi kesehatan mental lintas agama untuk mengatasi tantangan kesehatan mental di Indonesia.
Deklarasi Relio-Mental Health ini akan ditandatangani oleh para perwakilan pemuka agama sebagai bentuk dukungan agama terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia, serta tidak menyampingkan masalah kesehatan mental yang dialami masyarakat Indonesia. Juga, diharapkan menjadi langkah awal yang dapat mengubah pandangan masyarakat Indonesia terhadap kesehatan mental.
Acara ini dapat diikuti oleh audiens dengan mengikuti mental health screening secara offline maupun online, sebagai langkah awal untuk lebih memahami kondisi kesehatan mental.
Audiens yang menghadiri acara secara offline juga dapat berbincang-bincang dengan para pakar atau psikolog yang hadir.
Tak hanya itu. Indonesia Mental Health Movement: It Starts and Ends with Us juga merupakan upaya untuk memecahkan Guinness World Records World's Largest Mental Health Awareness Lesson, baik secara offline dan online.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR