Nakita.id - Moms perlu mengetahui mengenai cara dan aturan memberikan makanan pada bayi.
Lalu bagaimana kalau Moms terlambat mengenalkan makanan pada pada anak?
Memang akan ada kesulitan. Sebab, anak yang hanya dibiasakan makan makanan cair/halus saja akan sulit menerima variasi makanan yang diberikan.
Makan adalah suatu keterampilan yang harus dipelajari.
Secara tak sadar, bayi mempelajari keterampilan makan sejak lahir dengan mengetahui cara mengisap ASI atau mengisap susu formula melalui dot.
Selanjutnya keterampilan itu berkembang sesuai kemampuan motoriknya serta rangsangan atau stimulasi yang diberikan oleh pengasuhnya.
Contoh, saat bayi senang bereksplorasi dengan memasukkan segala benda ke mulutnya, saat itu paling tepat untuk mengenalkan makanan pendamping ASI seperti bubur susu atau nasi tim saring yang secara bertahap ditingkatkan teksturnya menjadi lebih kasar, bahkan jadi nasi lembek.
Mengembangkan keterampilan mengunyah tersebut tentu saja perlu waktu.
Misal, bayi yang belum mengenal tekstur makanan kasar seperti daging atau sayuran akan memerlukan beberapa kali pemberian sampai terampil mengunyah serta menelannya tanpa muntah.
Hal ini sering disalah-artikan oleh ibu/pengasuhnya sebagai belum mampu mengkonsumsi makanan dalam bentuk kasar, hingga bayi kembali diberi makanan dalam bentuk cair/ disaring.
Fase kritis untuk mengenalkan keterampilan mengunyah adalah usia 6-9 bulan. Setelah usia tersebut biasanya akan lebih sulit mengajarkannya.
Apalagi sesudah usia 1 tahun, karena sesuai fase perkembangannya, si kecil jadi lebih suka bereksplorasi dengan kemampuan barunya seperti berjalan.
Hingga, makan tak menjadi perhatian utamanya kecuali variasi bentuk serta rasanya menarik.
Jika keterampilan makan si kecil masih sebatas mengonsumsi makanan dalam bentuk cair/halus, tentu saja menyulitkan dalam menyiasati variasi makanan yang diberikan.
Bila pemberian makanan padat dilakukan terlambat, bukan tak mungkin nantinya anak mengalami problem sulit makan.
Keterlambatan ini membuat anak tak terbiasa mengunyah dan akhirmya sulit menelan, atau makannya jadi lama karena selalu dikemut dulu sebelum ditelan.
Di samping itu, perkembangan otot lambung pun jadi kurang sempurna karena tak terlatih.
Jika diberi makanan kasar, anak bisa sakit perut.
Oleh karena itu, belajar mengenal makanan padat di usia 4 atau 6 bulan sangatlah penting karena mempengaruhi pola makan anak kelak.
Kita tahu, melalui pemberian makanan seperti itu, bayi belajar mengunyah.
Dengan lidahnya, ia memindahkan makanan dari bagian depan mulut ke belakang untuk kemudian ditelan.
Pada usia 7-10 bulan, bayi sudah bisa dikenalkan pada makanan yang lebih padat, seperti bubur nasi.
Latihan peralihan ini sama pentingnya karena dengan begitu bayi harus menunjukkan kemampuan mengunyah yang lebih besar dan otomatis keterampilan makannya pun akan bertambah.
Usaha untuk menanganinya harus disesuaikan dengan kemampuan rata-rata di usianya.
Meskipun agak sulit, dapat dibantu dengan beberapa cara, misal, memberikan jenis makanan yang bisa dipegang dan dikunyah sesuai kemauannya (finger food).
Di usia 1 tahun, anak bisa dikenalkan dengan makanan yang sama dengan makanan orang dewasa, hanya saja teksturnya lebih diempukkan, seperti nasi tim, daging yang dimasak empuk dan dicincang, atau tempe yang ditumis.
Pokoknya, mulailah dengan menu yang ringan-ringan dahulu.
Di hari-hari pertama pengenalan makanan padat seperti itu, jangan campur segala macam bahan makanan menjadi satu; cukup satu macam saja, semisal nasi tim dengan kaldu ayam.
Hari selanjutnya, baru tambahkan secara bertahap kacang merah, brokoli, ayam, daging, telur, dan lainnya. Juga, pilih yang tak berbau amis dulu.
Di samping itu, bahan makanan bisa dibuat terpisah. Misal, nasi tim dibuat tersendiri, sayur bening dimasak tersendiri, dan daging diolah sendiri. Jadi, pada saat anak akan disuapi, barulah nasi tim dicampur dengan lauk dan sayur.
Dengan pemberian yang bertahap ini, sebetulnya orang tua sudah menerapkan proses belajar mengenalkan rasa makanan, sehingga anak bisa menerima makanan padat yang diberikan.
Kalau hari ini ia menolak, besoknya dicoba lagi. Begitulah seterusnya, karena kita tak boleh memaksa anak untuk langsung bisa beradaptasi dengan makanan padat. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Bukan Hanya Soal Umur, Inilah Tanda-tanda Si Kecil Sudah Siap Mengonsumsi Makanan Padat
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR