Nakita.id – Pengelolaan keuangan rumah tangga bukan hanya tugas dari satu orang saja.
Meskipun biasanya di masyarakat kita, pengelolaan keuangan diserahkan kepada perempuan atau seorang istri.
Istri dianggap lebih pandai dalam mengatur pembagian keuangan.
Sehingga semua kebutuhan bulanan dapat terpenuhi.
Namun ternyata, pengelolaan keuangan akan lebih efektif jika dilakukan oleh keduanga.
Pasangan yang bisa bekerjasama dengan baik dalam memanajemen keuangan bisa lebih memiliki hubungan yang lebih harmonis.
Pasalnya ketika Moms dan Dads memiliki kesamaan dalam pengelolaan keuangan, semakin kecil juga terjadinya konflik tentang keuangan.
Para pasangan suami istri perlu duduk bersama, membicarakan pengelolaan keuangan yang penting untuk diprioritaskan bagi mereka.
Meski memiliki perbedaan atau perbandingan, dengan melakukan diskusi bersama Moms dan Dads bisa mendapatkan jalan keluarnya.
Pengelolaan keuangan yang salah dikhawatirkan akan memengaruhi keharmonisan dalam keluarga.
Lantas, mengapa demikian?
Dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Jumat (28/10) Indra Gunawan, SKM., MA selaku Staf Ahli Menteri Kemen PPPA menuturkan jika kasus kekerasan rumah tangga bisa terjadi ada beberapa faktor yang melatar belakanginya.
Faktor yang paling sering terjadi adalah akibat keadaan ekonomi dalam rumah tangga.
"Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi salah satu penyebabnya faktor ekonomi," ucap Indra.
Kondisi ekonomi yang sulit menyebabkan rawan terjadinya konflik.
Kondisi ini dapat berdampak dan memengaruhi perilaku setiap individu yang ada di dalam keluarga.
Aspek ekonomi merupakan aspek yang lebih dominan pemicu faktor KDRT.
Bahkan kondisi istri dengan suami menganggur bisa berisiko lebih besar mengalami KDRT.
Ini jika dibandingkan dengan istri yang pasangannya bekerja.
Tingkat kesejahteraan rumah tangga yang tergolong rendah, memicu adanya pertengkaran dan menyebabkan KDRT.
Indra menuutrkan jika istri dan anak kerap menjadi sasaran para pelaku KDRT.
Ini terjadi karena posisi istri dan anak dinilai paling lemah di dalam keluarga.
Terlebih jika istri tidak bekerja dan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga.
Saat istri tidak memiliki penghasilan, lalu suami meminta untuk dibelikan suatu hal dan tak dapat mencukupinya bisa saja kekesalan ini di lampiaskan kepada pasangan.
"Misalnya bapaknya minta dibelikan rokok, padahal uangnya sudah habis untuk biaya anak, makan, dan sebagainya," terang Indra.
"Ketika ibu tidak punya uang, yang menjadi sasaran istri dan anak yang paling lemah di keluarga," sambungnya.
Faktor keungan dalam keluarga memiliki pengaruh cukup besar dalam kondisi hubungan suami dan istri.
Kemampuan keluarga dalam merencanakan hidup ini perlu dilakukan dengan menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran.
Pahami apa yitu kebutuhan dan keinginan.
Saat sudah berumah tangga ada kebutuhan-kebutuhan wajib yang harus dipenuhi.
Contoh kebutuhan sehari-hari seperti makan hingga alokasi pendidikan.
Jangan sampai Moms mengalokasikan dana rumah tangga lebih banyak bukan pada kebutuhan dan malah keinginan.
Kasus kekerasan yang disebabkan karena adanya faktor keuangan marak terjadi pada pasangan yang sudah menikah.
Saat sebelum menikah, Moms mungkin bisa membiayai kehidupan dan gaya hidup sendiri.
Tetapi semua ini tentu berbeda ketika Moms telah menikah.
Ada dua kepala yang perlu dijadikan satu dalam pengelolaan keuangan.
Maka dari itu, kenali terlebih dahulu sikap pasangan masing-masing dalam pengelolaan keuangan.
Diskusikan dengan pasangan bagaimana pengelolaan keuangan yang tepat.
Obrolan mengenai pengelolaan keuangan sebetulnya bisa dibicarakan sebelum menikah.
Ini dilakukan agar mempermudah Moms untuk menata pengelolaan keuangan ke depannya.
Sehingga semua tujuan antara Moms dan pasangan bisa terwujud.
Bicarakan semua kondisi pengeluaran dan pendapatan setiap bulannya.
Dengan diskusi bersama serta tranparansi pengelolaan keuangan dapat berjalan sesuai rencana dan terhindar dari konflik keluarga.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR