Tentu saja, diperlukan contoh konkret dari orangtua dalam berlaku jujur.
Ingat, anak lebih mudah mempelajari sesuatu yang dilihat langsung.
Nah, agar nilai-nilai kejujuran dapat tertanam dalam diri anak biasakan berkata jujur. Kebohongan sekecil apa pun akan berbuah kebohongan berikutnya.
Tanamkan pemahanan, bila berlaku jujur akan menguntungkan diri sendiri. Contohkan, karena orangtua berlaku jujur, maka temannya banyak, mendapat kepercayaan dari tetangga, dikenal sebagai orang jujur, dan sebagainya.
Tumbuhkan kesadaran bersama, meski orangtua tidak melihat ketidakjujuran anak, tapi Tuhan yang Maha Melihat tidak akan terlewat.
Dalam kehidupan sehari-hari orangtua membiasakan bercerita pada pasangannya apa saja yang dilakukan sehari itu, membuat perincian keuangan secara terbuka, tidak menyembunyikan sesuatu.
Meski sederhana, hal ini bisa mencegah munculnya pertengkaran dengan menggunakan kata-kata, “Tuh kan, Mama (Papa) bohong lagi.”
Bila anak terlalu sering mendengar kata seperti itu, rasa percayanya pada orangtua akan luntur. Akibatnya, ia akan menirunya.
Berikan konsekuensi/sanksi secara tegas pada siapa saja yang berlaku tidak jujur di rumah.
Sebaliknya, berikan apresiasi bila ada yang berlaku jujur, sehingga tertanam dalam benak anak kalau mau mendapat apresiasi/diakui sebagai anak baik, ia harus jujur.
Bersedia meminta maaf dan mengakui kesalahan bila gagal menerapkan suatu hal yang dikomitmenkan bersama. Jangan malah marah-marah atau menyalahkan lingkungan, termasuk anak. (Sumber: Tabloid Nakita)
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR