Nakita.id – Bagaimana cara mengajarkan kejujuran pada anak?
Mengajarkan kejujuran pada anak bisa dilakukan sejak usia dini.
Menanamkan nilai kejujuran sedari kecil tentunya baik untuk tumbuh kembangnya.
Sejak dini tanamkan nilai-nilai kejujuran pada anak agar kelak ia menjadi orang yang dapat dipercaya.
Dengan berkata dan berlaku jujur, anak akan mudah diterima di lingkungannya, banyak yang menyenanginya karena citra dirinya sangat positif.
Dengan menjadi orang yang dapat dipercaya, anak akan memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri dan kemampuannya. Menyenangkan, bukan?
Karena itulah, sejak dini tanamkan nilai-nilai kejujuran pada si buah hati.
1. Usia Batita
Kejujuran mulai dapat ditanamkan di usia batita. Kuncinya, orangtua jangan langsung memarahi, tapi menghargai dan memberikan konsekuensi.
Saat anak memecahkan gelas, misal, orangtua bisa saja bertanya, siapa yang memecahkan gelas, tapi setelah anak mengaku jangan langsung dimarahi.
Sebaliknya, puji sikap jujurnya sambil berkata lain kali kalau jalan hati-hati.
Baca Juga: Ayah Bisa Berperan Sama dalam Menanamkan Sifat Jujur pada Anak, Wajib Dibiasakan Sejak Dini
Anak pun harus mau menjalani konsekuensi, misal dengan membantu membersihkan pecahan gelas yang tercecer.
2. Usia Prasekolah
Di usia prasekolah imajinasi anak sangatlah tinggi. Bukan tidak mungkin jika dia bercerita kepada temannya kalau ayahnya memiliki pesawat atau dirinya bisa terbang.
Kebohongan ini masih dianggap wajar. Lain halnya jika anak berbohong untuk menyembunyikan kesalahannya.
Tegurlah dengan lembut seraya mengatakan, orangtua menghargai anak yang jujur dan tidak akan marah jika anak berterus terang.
3. Usia Sekolah
Sama seperti di usia prasekolah, tekankan bahwa orangtua menghargai kejujuran dan tidak akan marah jika anak berterus-terang.
Katakan, suka berbohong membuat seseorang kehilangan banyak teman karena mereka kehilangan rasa percaya.
Agar anak berani bersikap jujur, ciptakan rasa nyaman di rumah dimana anak dapat mengungkapkan keinginan, kebutuhan, dan semua pikiran apa adanya.
Jika anak berbohong, jangan melabel anak sebagai "pembohong", tapi koreksilah perilakunya.
Contoh dari Orangtua
Baca Juga: 3 Perilaku Buruk Anak yang Tak Boleh Dibiarkan, Salah Satunya Sering Berbohong!
Tentu saja, diperlukan contoh konkret dari orangtua dalam berlaku jujur.
Ingat, anak lebih mudah mempelajari sesuatu yang dilihat langsung.
Nah, agar nilai-nilai kejujuran dapat tertanam dalam diri anak biasakan berkata jujur. Kebohongan sekecil apa pun akan berbuah kebohongan berikutnya.
Tanamkan pemahanan, bila berlaku jujur akan menguntungkan diri sendiri. Contohkan, karena orangtua berlaku jujur, maka temannya banyak, mendapat kepercayaan dari tetangga, dikenal sebagai orang jujur, dan sebagainya.
Tumbuhkan kesadaran bersama, meski orangtua tidak melihat ketidakjujuran anak, tapi Tuhan yang Maha Melihat tidak akan terlewat.
Dalam kehidupan sehari-hari orangtua membiasakan bercerita pada pasangannya apa saja yang dilakukan sehari itu, membuat perincian keuangan secara terbuka, tidak menyembunyikan sesuatu.
Meski sederhana, hal ini bisa mencegah munculnya pertengkaran dengan menggunakan kata-kata, “Tuh kan, Mama (Papa) bohong lagi.”
Bila anak terlalu sering mendengar kata seperti itu, rasa percayanya pada orangtua akan luntur. Akibatnya, ia akan menirunya.
Berikan konsekuensi/sanksi secara tegas pada siapa saja yang berlaku tidak jujur di rumah.
Sebaliknya, berikan apresiasi bila ada yang berlaku jujur, sehingga tertanam dalam benak anak kalau mau mendapat apresiasi/diakui sebagai anak baik, ia harus jujur.
Bersedia meminta maaf dan mengakui kesalahan bila gagal menerapkan suatu hal yang dikomitmenkan bersama. Jangan malah marah-marah atau menyalahkan lingkungan, termasuk anak. (Sumber: Tabloid Nakita)
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR