Erlina menyebutkan gejala yang timbul akibat terinfeksi subvarian XBC adalah demam, batuk, lemas, sesak, nyeri kepala, pilek, mual, muntah, diare, dan nyeri tenggorokan. Gejala berat yang mungkin timbul adalah anosmia dan ageusia yang merupakan gejala khas varian delta.
Sementara itu, XBB sudah masuk di Indonesia dengan jumlah kasus yang dikonfirmasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebanyak 4 kasus. Erlina menjelaskan bahwa subvarian XBB pertama kali ditemukan pada Agustus 2022 di India.
Data WHO menyebutkan, sejak 17 Oktober 2022, XBB sudah dilaporkan ada di 26 negara, seperti Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, dan Amerika Serikat.
Menurut observasi dari negara yang sudah terdapat XBB, penularannya dianggap sama dengan varian lain yang ada.
XBB merupakan subvarian yang predominan di Singapura, mencapai hingga 54 persen kasus pada minggu kedua Oktober 2022, yang pada minggu sebelumnya hanya 22 persen.
Sementara itu, negara yang sudah melaporkan adanya XBC adalah Inggris dan Filipina. Kasus XBC di Filipina sudah mencapai 193 kasus.
Sejauh ini, gejala XBB tampaknya mirip dengan gejala COVID-19 pada umumnya. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), itu dapat mencakup:
- Demam atau kedinginan
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Kelelahan
Baca Juga: Harap Waspada, Berikut Orang yang Rentan Terkena Covid Varian XBB
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR