Nakita.id – Disadari atau tidak, perubahan lingkungan yang terjadi dapat dirasakan dampaknya saat ini.
Misalnya, suhu udara yang tidak lagi sejuk, musim kemarau dan musim hujan yang lamanya tidak selalu sama dari tahun ke tahun, dan masih banyak lagi.
Perubahan lingkungan yang dirasakan merupakan gejala bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja.
Salah satu isu perubahan lingkungan yang santer terdengar dalam beberapa tahun belakangan adalah mengenai pemanasan global.
Tentu istilah ini bukanlah hal yang baru lagi, bukan?
Pemanasan global merupakan gejala peningkatan rata-rata suhu permukaan Bumi.
Apa buktinya bahwa telah terjadi pemanasan global? Mari telusuri fakta-fakta berikut ini.
Berdasarkan data yang dirilis badan Pengamat kondisi samudera dan atmosfer Amerika NOAA, suhu samudra secara global mengalami peningkatan sebesar 0,02 derajat C pada Agustus 2019.
Permukaan laut mencapai suhu tertingginya sepanjang sejarah pada 2019. Suhu air laut meningkat dua sampai tiga derajat Celcius dibandingkan dengan tiga sampai lima juta tahun sebelumnya.
Ekosistem laut merupakan eksosistem yang paling sensitif terhadap peningkatan suhu.
Pemanasan ini terjadi hingga kedalaman 700 meter dari permukaan laut di mana wilayah kedalaman tersebut merupakan wilayah yang paling tinggi keanekaragaman hayatinya.
Baca Juga: Pengertian Ekosistem Makhluk Hidup, Materi IPA Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka
Peningkatan suhu dapat memengaruhi populasi organisme laut dan bahkan dapat pula menyebabkan kepunahan.
Selain itu pula, peningkatan suhu berpengaruh pada penyebaran spesies dan juga penyakit laut serta dapat meningkatkan jumlah bakteri dan mengurangi kadar oksigen pada wilayah tersebut.
Hal ini mengakibatkan organisme lainnya bermigrasi ke tempat lainnya dan bisa berujung pada kematian.
Contoh biota laut yang terdampak adalah karang yang pemutihan (bleaching), sehingga karang sulit tumbuh dan rentan penyakit sehingga terjadi kematian masal.
Juga pada beberapa spesies seperti udang Krill. Udang ini memiliki siklus hidup dan proses reproduksi yang dipengaruhi oleh suhu.
Jika suhu perairan hangat maka anakan penyu dominan betina, sedangkan jika perairan dingin maka anakan penyu dominan jantan.
Peristiwa berkurangnya salju abadi dari Pegunungan Jaya Wijaya ini menjadi salah satu gejala bahwa peningkatan suhu global benar-benar terjadi, sebab gletser tropis sangat rentan atau sensitif terhadap perubahan suhu.
Pegunungan Jaya Wijaya, Papua merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia yang diseliputi salju.
Kini, hamparan es tersebut semakin berkurang. Pada tahun 1850, gletser memiliki luasan 19,3 km2. Pada tahun 2018, luasan gletser tersebut hanya tersisa 0,5 km2.
Peristiwa mencairnya es gletser Pegunungan Jaya Wijaya ini akan berdampak pada kuantitas dan kualitas air pada daerah tersebut.
Seperti perubahan debit air, suhu air, dan lain-lain. Perubahan kuantitas dan kualitas air tersebut dapat mengganggu ekosistem air tawar.
Bukti perubahan lingkungan juga dapat dilihat dari mencairkan es di kutub.
Sekitar 90% bagian hamparan daratan es berada di Antartika, sedangkan 10% bagian sisanya berada di lapisan es Greenland. Keduanya berperan peran sebagai penutup pelindung Bumi dan lautan.
Apabila dicitrakan dari luar angkasa, es Antartika dan Greenland nampak seperti hamparan atau bintik berwarna putih cerah.
Putih merupakan warna yang dapat memantulkan gelombang atau panas dengan baik, sehingga fungsi hamparan putih es tersebut adalah untuk memantulkan kembali panas berlebih menuju ke luar angkasa agar suhu bumi terjaga.
Hal tersebut juga menyebabkan kutub utara lebih dingin dibandingkan bagian Bumi lainnya, sehingga hilangnya es di kutub dapat memperburuk kondisi peningkatan suhu permukaan Bumi.
Perubahan kondisi gletser es di kutub dapat memengaruhi keberlangsungan hidup mahkluk hidup yang hidup di daerah tersebut.
Salah satu hewan yang tinggal di daerah kutub dan terdampak perubahan kondisi gletser es di kutub adalah beruang es.
Beruang es kehilangan wilayah berburu karena es di atas lautan banyak yang telah mencair sehingga mencari makanan di daratan.
Jika hal ini terus terjadi secara terus menerus, maka beruang es bisa mengalami kepunahan
Salah satu dampak mencairnya es di kutub adalah kenaikan permukaan air laut, sebab air limpasan pencairan es tentu akan bermuara di laut, dan meningkatkan ketinggian permukaan air laut.
Menurut data yang dirilis oleh NASA, kenaikan permukaan air laut secara global meningkat sebesar 97 mm dengan rata-rata peningkatannya adalah 3,3 mm per tahun.
Dampak peningkatan ketinggian permukaan air laut ini akan sangat dirasakan bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir laut seperti bencana banjir rob dan kenaikan permukaan air saat terjadi pasang.
El Niño Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena iklim dimana sirkulasi atmosfer global berubah akibat suhu perubahan suhu permukaan air laut.
ENSO memiliki dua fase yang berlawanan dan satu fase tambahan, yaitu El Niño, La Niña, dan Netral
Peristiwa El Niño merupakan peristiwa meningkatnya suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian timur dan tengah di atas rata-rata normal suhu permukaan laut.
Pengaruh peristiwa El Niño di wilayah Indonesia adalah curah hujan cenderung berkurang. Sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan meningkat.
Peristiwa La Niña merupakan peristiwa menurunkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian timur dan tengah di bawah rata-rata normal suhu permukaan laut.
Pengaruh peristiwa La Niña di wilayah Indonesia adalah curah hujan cenderung meningkat.
Sementara di Samudera Pasifik tropis, curah hujan menurun. Angin timur laut yang normal di sepanjang ekuator menjadi lebih kuat
Kondisi netral ini bukan merupakan keadaan El Niño atau La Niña. Kondisi ini merupakan kondisi ketika suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis umumnya mendekati rata-rata. Fenomena El Niño dan La Niña ini berdampak pada makhluk hidup.
Di sisi lain, pada daerah yang perubahan musim kemaraunya panjang, mengakibatkan intensitas kebakaran hutan meningkat.
Hal ini dapat terjadi karena tumbuhan banyak yang kekeringan karena kekurangan air sehingga mengurai populasi tumbuhan.
Baca Juga: Manfaat Keanekaragaman Hayati, Materi IPA Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR