Nakita.id – Ketika sedang hamil, Moms akan sangat ingin tahu mengenai tanda air ketuban pecah.
Dengan mengetahui apa saja tanda air ketuban pecah, ibu hamil bisa lebih mempersiapkan apa yang harus dilakukan.
Menyadari tanda air ketuban pecah juga penting untuk mengetahui kapan waktu persalinan tiba.
Selama kehamilan, bayi yang belum lahir berkembang di dalam kantong cairan yang dikenal sebagai kantung ketuban yang membantu melindungi bayi.
Ketika kontraksi dimulai selama persalinan, selaput yang membentuk kantung ketuban biasanya pecah karena kepala bayi didorong ke bawah dan cairan ketuban keluar dari vagina.
Saat ketuban pecah, wanita mungkin mengalami sensasi basah di vagina atau perineum, keluarnya sedikit cairan encer dari vagina secara intermiten atau terus-menerus, atau semburan cairan bening atau kuning pucat yang lebih jelas.
Tidak selalu mudah untuk mengetahui apakah air ketuban pecah.
Misalnya, mungkin sulit untuk membedakan antara cairan ketuban dan urin.
Terutama, jika hanya mengalami perasaan basah atau tetesan cairan saja.
Lantas, bagaimana ya Moms cara mengenali apakah air ketuban pecah?
Berikut ini adalah tanda-tanda air ketuban pecah yang dapat dikenali dengan mudah.
Baca Juga: Mengenal Kondisi Air Ketuban Pecah, Apa Bedanya dengan Air Kencing?
Tanda air ketuban pecah mungkin dapat berbeda setiap orang. Namun, beberapa ibu hamil merasa seperti sedang ingin buang air kecil.
Proses pecahnya air ketuban bisa saja terasa seperti inkontinensia urine atau kondisi saat seseorang sulit menahan buang air kecil hingga mengompol.
Oleh karena itu, tidak jarang ibu hamil kesulitan membedakan apakah itu benar-benar air kencing atau memang benar air ketuban.
Dilansir dari Parents, cara membedakannya adalah dengan mengendusnya. Urin memiliki warna kekuningan dan berbau seperti amonia, sedangkan cairan ketuban biasanya tidak berbau
Moms dapat mencoba duduk atau berbaring selama sekitar 30 menit. Jika tetap basah pada akhir waktu itu, bisa jadi itu adalah cairan ketuban.
Jika kering, kemungkinan besar penyebabnya adalah urin atau keluarnya cairan.
Saat ketuban pecah, ibu hamil juga mungkin merasakan semburan cairan ketuban, atau mungkin hanya melihat tetesan perlahan.
Jumlahnya tergantung pada seberapa besar robekan. Jika kantung ketuban pecah di bawah kepala bayi, maka cairan telah menumpuk dan akan menyembur keluar.
Tetapi jika pecahnya terjadi lebih tinggi di dalam rahim, cairan menetes di antara kantung dan lapisan rahim, sehingga alirannya tidak akan terlalu deras.
Namun, dalam semua kasus, aliran cairan tidak dapat dikontrol,
Dalam banyak kasus, aliran cairan ketuban sering tidak terkontrol. Ibu hamil bisa saja mendapat total 2,5-3 cangkir cairan ketuban.
Baca Juga: Ciri-ciri Air Ketuban Pecah yang Biasa Dirasakan oleh Ibu Hamil
Sering kali air ketuban pecah selama persalinan aktif atau transisis karena intensitas kontraksi meningkat.
Persalinan sering meningkat setelah ketuban pecah karena tidak ada penyangga antara rahim dan bayi.
Kram di rahim yang terasa mirip dengan kram pramenstruasi mungkin merupakan indikasi bahwa bayi akan segera muncul.
Perasaan tertekan sebelum air ketuban pecah adalah tanda yang umum.
Dikutip dari Baby Gaga, Paul du Treil, M.D., Direktur Kesehatan Ibu dan Anak di Touro Infirmary di New Orleans, mengatakan kram perut ini mungkin tidak menyakitkan, tetapi seluruh perut akan tegang dan terasa keras.
Sensasi kram ini biasanya semakin memburuk secara bertahap, dan dapat berubah menjadi kontraksi dengan jarak teratur.
Secara umum, cairan ketuban tidak berbau, meskipun beberapa orang mendeteksi bau manis seperti air mani atau klorin.
Air ketuban juga berwarna jernih dengan sedikit lendir. Pada beberapa wanita kemungkinan ditemukan sedikit garis-garis darah.
Tekstur air ketuban sangat tipis dan cair.
Hal itu berbeda dari keputihan yang kental dan memiliki variasi warna, dari bening hingga abu-abu.
Nah, itu dia Moms, beberapa tanda air ketuban pecah yang dapat dikenali.
Baca Juga: Pada Pembukaan Berapa Sebenarnya Ketuban Akan Pecah? Yuk, Simak Penjelasannya di Sini!
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR