Nakita.id - Ketuban pecah tapi tidak ada kontraksi, apakah berbahaya untuk janin?
Ternyata masih banyak ibu hamil yang belum tahu apakah ketuban pecah tapi tidak ada kontraksi itu berbahaya untuk janin.
Padahal, penting sekali bagi Moms untuk tidak mengabaikan ketuban pecah tapi tidak ada kontraksi.
Sebab, bisa jadi masalah tersebut berbahaya untuk janin dalam kandungan. Juga, untuk Moms sendiri yang sedang hamil.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, simak penjelasan berikut ini.
Moms harus tahu, ketuban pecah pada dasarnya merupakan salah satu tanda persalinan akan tiba.
Normalnya, ketuban pecah sendiri diikuti dengan adanya kontraksi.
Namun dalam beberapa kasus, ada juga ibu hamil yang sudah mengalami ketuban pecah tetapi tidak ada kontraksi.
Kasus tersebut mungkin akan membuat beberapa Moms panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan berikutnya.
Jangan panik dulu, karena Nakita akan menjelaskan secara detail terkait kasus tersebut.
Yuk, langsung disiapkan catatannya!
Sebelum tahu penjelasan dibalik ketuban pecah tapi tidak ada kontraksi, sebaiknya Moms pelajari terlebih dahulu hal-hal yang akan terjadi setelah ketuban pecah.
Melansir Healthline via Nakita, ketuban pecah pada dasarnya terjadi ketika kantung ketuban dalam rahim robek sepenuhnya atau sebagian.
Saat kantung ketuban robek, cairan di dalamnya akan keluar melalui serviks (rahim) dan vagina.
Kemudian, diikuti oleh kepala bayi yang bergerak ke bawah secara perlahan.
Dalam beberapa kasus, kantung ketuban juga bisa pecah akibat komplikasi seperti infeksi atau polihidramnion, Moms.
Sebagai informasi, polihdroamnion merupakan kondisi dimana seorang ibu hamil memiliki cairan ketuban berlebih.
Bahkan, ada beberapa kasus dimana kantung ketuban bisa pecah pada awal atau menjelang pertengahan akhir kehamilan.
Lantas, apakah ketuban pecah tapi tidak ada kontraksi berbahaya untuk janin?
Pada dasarnya, ketika ketuban pecah dan kontraksi belum muncul, hal ini belum berbahaya bagi janin itu sendiri.
Akan tetapi, 24 jam setelah ketuban pecah, maka risiko bahaya pada janin semakin meningkat akibat masuknya infeksi dan benda asing dari luar.
Alhasil, bayi bisa terlahir secara prematur, memiliki berat badan lahir rendah, bahkan bisa meninggal.
Baca Juga: Suami Istri Wajib Tahu Hal yang Perlu Ibu Lakukan Saat Ketuban Pecah
Biasanya saat ketuban pecah tapi tidak ada kontraksi, baik dokter ataupun bidan memberikan beberapa opsi berdasarkan riwayat medis atau gejala-gejala yang dirasakan untuk merangsang kontraksi.
Melansir Verywell Family, opsi-opsi yang diberikan adalah sebagai berikut.
Moms harus tahu, terkadang setelah ketuban pecah, kontraksi bisa muncul dalam beberapa jam kedepan atau paling maksimal 24 jam kedepan.
Jadi, yang perlu Moms lakukan hanya bisa bersabar menunggu kapan kontraksi muncul.
Selama menunggu juga, Moms sangat disarankan untuk tidak mandi maupun berhubungan intim.
Selain itu, Moms juga tidak direkomendasikan untuk mengonsumsi antibiotik.
Apabila selama 24 jam tidak ada kontraksi, segeralah pergi ke rumah sakit untuk segera ditangani.
Membiarkannya justru dapat meningkatkan risiko komplikasi, baik pada bayi maupun Moms sendiri.
Selain menunggu, Moms juga bisa melakukan cara-cara berikut untuk mempercepat kontraksi.
Seperti, melakukan stimulasi puting dengan tangan atau menggunakan pompa ASI.
Cara ini dapat membantu menghasilkan oksitosin, sehingga membantu mempercepat kontraksi, Moms.
Baca Juga: Tanda Air Ketuban Pecah, Benarkah Sering Buah Air Kecil dan Kram Perut?
Moms juga bisa mencoba berjalan sedikit untuk mempercepat kontraksi, Moms.
Tak perlu jauh-jauh, berjalanlah di sekitar rumah atau luar rumah dengan jarak pendek.
Akupresur juga mungkin bisa dicoba, karena melibatkan penggunaan tekanan pada titik-titik tertentu di tubuh, sehingga membantu merangsang oksitosin.
Opsi ini banyak direkomendasikan dokter-dokter kandungan di rumah sakit.
Melalui intervensi medis, Moms akan diberikan pitocin yaitu bentuk sintetis dari oksitosin.
Pitocin ini diberikan melalui infus, Moms.
Pitocin sendiri hanya diberikan dengan pemantauan yang ketat karena adanya peningkatan risiko pada ibu hamil maupun bayi.
Seperti misalnya gawat janin, kontraksi yang terlalu kuat atau lama, dan ruptur uteri.
Nah, itulah beberapa opsi yang bisa Moms pertimbangkan ya.
Sekali lagi, jangan sampai Moms membiarkan masalah ketuban pecah tapi tidak ada kontraksi.
Semoga penjelasan di atas benar-benar bermanfaat.
Baca Juga: Apakah Ada Makanan Penyebab Ketuban Pecah? Bumil Bisa Cek Jawabannya di Sini Biar Tak Penasaran
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR