Nakita.id - Sering kali ketika program hamil gagal, maka perempuan menjadi pihak yang dicurigai tidak subur.
Padahal untuk bisa berhasil dalam program hamil, tidak hanya kesuburan wanitanya saja yang diperlukan.
Kondisi kesuburan pria pun bisa mempengaruhi program hamil, membuatnya berhasil atau gagal.
Salah satu penyebab ketidaksuburan pada pria adalah adanya gangguan prostat.
Secara tak langsung, gangguan prostat dapat menghambat terjadinya kehamilan.
Prostat merupakan sebuah kelenjar yang beratnya kurang lebih 20 gram, terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra (saluran kencing).
Kelenjar ini sudah ada sejak yang bersangkutan lahir tanpa perlu menunggu datangnya masa akil baliq dan akan terus bertahan sepanjang hayat.
Berdasarkan fungsinya, kelenjar prostat diperlukan untuk mengeluarkan cairan khusus yang berguna melindungi sperma agar tetap hidup di dalam cairan tersebut. Juga agar sperma bisa berbentuk cairan supaya bisa dikeluarkan dari tubuh.
Guna menunjang pertumbuhan kelenjar prostat, diperlukan hormon-hormon androgen, terutama hormon testosteron. Alhasil, jika buah zakar rusak, entah karena kecelakaan atau sebab lain, bisa-bisa tamat pula "riwayat" sebagai laki-laki.
Berarti hormon-hormon androgen tak lagi bisa diproduksi. Imbasnya, fungsi kelenjar prostat secara keseluruhan pun jadi terganggu. Dengan kata lain kehidupan seksualnya juga pasti bakal terpengaruh.
Pada kasus-kasus infeksi, contohnya, munculnya ketidaknyamanan saat BAK, secara psikologis akan membuat orang risih dan akhirnya malas berhubungan intim.
Setidaknya, merasa tak enak hati atau malah malu pada istri bila harus mondar-mandir ke kamar mandi, hingga sama sekali tak bisa menikmati hubungan. Belum lagi hambatan fisik berupa munculnya perasaan ngilu saat ejakulasi.
Secara tak langsung, gangguan prostat memang potensial menurunkan libido. Hingga, mau tak mau berdampak pula pada sulitnya terjadi kehamilan. Yang jelas, disfungsi seksual dapat terjadi akibat gangguan prostat.
Gangguan kelenjar prostat dibedakan menjadi tiga. Yakni infeksi prostat yang biasanya terjadi pada usia dewasa muda antara 20 hingga 40 tahunan, pembesaran (hipertrofi) prostat jinak yang terjadi di usia 50 tahun atau lebih, serta kanker prostat yang biasanya muncul di usia 60 tahun ke atas.
Jadi, makin bertambah usia seseorang, makin beragam dan kian tinggi pula peluangnya mengalami gangguan prostat.
Kendati bisa saja gangguan ini muncul di usia muda. Namun gangguan-gangguan ini tidak saling berhubungan satu sama lain.
Jadi, seseorang yang mengalami infeksi prostat belum tentu akan berlanjut menjadi pembesaran prostat, bahkan keganasan/kanker.
Biasanya, ketiga jenis gangguan prostat ini menunjukkan gejala yang nyaris sama, yakni kencing terganggu.
Seperti pancaran kencing yang melemah, padahal biasanya muncrat jauh, tak lancar, dan tak bisa terlampiaskan habis karena sebentar-sebentar terhenti dan serasa masih bersisa. Penderita pun merasa terganggu karena bolak-balik ingin BAK.
Perlu dicatat, tak seperti pada infeksi umumnya, infeksi prostat jarang menimbulkan keluhan demam. Sementara pada hipertrofi prostat, gejala lainnya adalah rasa nyeri saat berkemih dan ngompol di malam hari.
Makin besar hipertrofinya, makin berat pula gejala yang dirasakan. Hal ini terjadi akibat uretra (saluran kencing) makin terjepit oleh prostat yang membesar sehingga urin yang terhambat keluar makin banyak dan mengumpul di kandung kemih.
Pada akhirnya hal ini dapat memicu terjadinya infeksi dari saluran maupun kandung kemih, terbentuknya batu, hingga infeksi pada ginjal.
Perabaan prostat melalui colok dubur merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan infeksi prostat.
Mereka yang mengalami infeksi prostat, biasanya prostatnya teraba lembek, selain keluhan nyeri. Padahal harusnya terasa kenyal dan tak menimbulkan rasa sakit sama sekali. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan laboratorium untuk menguji kandungan kuman dalam air kencing.
Sementara untuk mendeteksi kemungkinan terjadi pembesaran prostat ataupun keganasan, biasanya dilakukan perabaan. Jika teraba keras, perlu dicurigai adanya keganasan. Namun untuk memastikannya perlu pemeriksaan darah.
Dari situ bisa terbaca adanya pertanda tumor berupa PSA (Prostat Specifik Antigen) yang bisa membantu ahli mengarahkan diagnosa. Atau dengan pemeriksaan patologi yang sampelnya diambil melalui dubur.
Caranya, dengan bantuan USG yang dimasukkan lewat dubur bisa terlihat gambaran prostatnya. Namun pemeriksaan lewat lubang dubur ini sebaiknya dilakukan pada pria di atas usia 40 tahun, terlebih mereka yang memiliki gangguan proses berkemih.
Bila dari perabaan diduga jinak, sementara nilai/angka dari pemeriksaan PSA melebihi kisaran batas normal, patut dicurigai adanya keganasan. Untuk itu akan dilakukan biopsi.
Sedangkan yang nilainya berada di atas batas minimal dan maksimal, ada semacam tes untuk melihat kesesuaian ukuran prostat.
Ibu Hamil Tidak Boleh Duduk Terlalu Lama, Ini Risiko dan Solusi untuk Kehamilan Sehat
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR