Nakita.id – Black Friday merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu bagi para pecinta belanja.
Pasalnya, banyak toko dan penjual yang memberikan diskon besar-besaran pada saat Black Friday.
Bagi shopaholic, tentunya penawaran Black Friday ini menjadi godaan yang tidak bisa ditahan.
Black Friday dirayakan pada setiap tahunnya pada hari Jumat pada minggu ke-4 November.
Sementara tahun ini, Black Friday tiba pada tanggal 25 November sehari setelah perayaan Thanksgiving.
Namun, apakah Moms tahu mengapa hari itu disebut dengan Black Friday?
Black Friday merupakan hari belanja terbesar di Amerika Serikat dan sering dianggap sebagai awal dari musim belanja liburan.
Hampir semua toko mengeluarkan potongan harga untuk menarik konsumen ke tokonya.
Orang-orang mengantri berjam-jam sebelum toko dibuka, untuk mendapatkan barang murah.
Semua toko menawarkan diskon pada pada berbagai macam barang dalam upaya memikat pembeli ke toko sambil menawarkan penawaran serupa secara online.
Namun, dibalik adanya istilah Black Friday, ternyata terdapat sejarah yang cukup kelam.
Baca Juga: Cara Cicil Emas di Pegadaian Praktis Bisa dari Handphone, Begini Syarat dan Langkah-langkahnya
Dilansir dari Britannica, penjelasan tentang istilah tersebut berasal dari awal 1960-an, ketika petugas polisi di Philadelphia mulai menggunakan frasa "Black Friday" untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi.
Ketika sejumlah besar turis pinggiran kota datang ke kota untuk memulai belanja liburan mereka.
Kerumunan besar membuat pusing polisi, yang bekerja shift lebih lama dari biasanya karena mereka berurusan dengan kemacetan lalu lintas, kecelakaan dan masalah lainnya.
Dalam beberapa tahun, istilah Black Friday telah mengakar di Philadelphia.
Pedagang kota berusaha menampilkan wajah yang lebih cantik pada hari itu dengan menyebutnya "Big Friday”.
Ungkapan "Black Friday" untuk menandakan dorongan positif dalam penjualan ritel tidak tumbuh secara nasional hingga akhir 1980-an.
Ketika pedagang mulai menyebarkan narasi keuntungan merah-ke-hitam.
Black Friday digambarkan sebagai hari toko mulai menghasilkan keuntungan untuk tahun ini dan sebagai hari belanja terbesar di Amerika Serikat.
Secara historis, Black Friday memiliki konotasi lain, yang tidak terkait dengan belanja.
Penggunaan frasa Black Friday paling awal berasal dari tahun 1869 dan tidak ada hubungannya dengan belanja Natal.
Itu adalah hari anjloknya harga emas yang menyebabkan jatuhnya pasar, yang dampaknya dirasakan oleh ekonomi AS selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Lulusan SMA hingga S3 Rebutan Jadi CPNS 2023, Ternyata Tahun Depan Gaji Pegawai Negeri Sipil Naik?
Pada tahun 1869, pemodal Wall Street, Jay Gould dan Jim Fisk berusaha menyudutkan pasar emas nasional di New York Gold Exchange dengan membeli sebanyak mungkin logam mulia, dengan maksud untuk membuat harga meroket.
Pada hari Jumat, 24 September, campur tangan Presiden Ulysses S. Grant menyebabkan rencana mereka berantakan.
Pasar saham langsung anjlok, mengirim ribuan orang Amerika ke dalam kebangkrutan.
Melihat sejarah istilah Black Friday yang cukup suram, orang-orang kemudian memberikan sentuhan positif pada penggunaan istilahnya.
Black Friday bergabung dengan daftar panjang hari yang memiliki arti baru dari waktu ke waktu.
Dilansir dari Huff Post, sejak tahun 1961, para profesional berusaha mengubah persepsi publik tentang Black Friday.
Dalam terbitan Public Relations News, sebuah buletin industri, penulis menggambarkan upaya seorang eksekutif PR terkenal untuk mengubah hari dari "Black" menjadi "Big" untuk memperkuat reputasinya sebagai hari hiburan dan belanja keluarga.
Wakil Perwakilan Kota mereka, Abe S. Rosen, salah satu eksekutif humas kota yang paling berpengalaman di negara itu merekomendasikan penerapan pendekatan positif yang akan mengubah Black Friday dan Black Saturday menjadi Big Friday dan Big Saturday.
Media bekerja sama dalam menyebarkan berita tentang keindahan pusat kota Philadelphia yang dihias Natal.
Nama "Big Friday" tidak melekat, tetapi upaya berkelanjutan untuk memberikan putaran positif pada hari itu akhirnya membuahkan hasil.
Saat ini, sebagian besar konsumen mengasosiasikan Black Friday dengan toko pengecer yang berupaya untuk meningkatan penjualan.
Baca Juga: Tutorial Membeli Emas di Marketplace Anti Tipu-tipu
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR