Pembedahan yang membawa risiko kehamilan ektopik berikutnya yang lebih tinggi termasuk salpingostomi, neosalpingostomi, fimbrioplasti, reanastomosis tuba, dan lisis adhesi peritubal atau periovarian.
Jika Moms pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya, maka lebih berisiko untuk mengalami hal serupa pada kehamilan berikutnya.
Secara keseluruhan, seorang pasien dengan kehamilan ektopik sebelumnya memiliki kemungkinan 50-80% untuk mengalami kehamilan ektopik berikutnya.
Induksi ovulasi dengan clomiphen citrate atau terapi injeksi gonadotropin telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kehamilan ektopik 4 kali lipat dalam studi kasus-kontrol.
Temuan ini menunjukkan bahwa banyak telur dan kadar hormon yang tinggi mungkin menjadi faktor yang signifikan.
Selain itu, risiko kehamilan ektopik dan kehamilan heterotopik meningkat secara dramatis ketika pasien menggunakan teknik reproduks seperti fertilisasi in vitro (IVF) atau transfer gamet intrafallopian (GIFT).
Angka kehamilan ektopik tertinggi terjadi pada wanita usia 35-44 tahun.
Ada peningkatan 3 hingga 4 kali lipat dalam risiko mengembangkan kehamilan ektopik dibandingkan dengan wanita berusia 15-24 tahun.
Satu penjelasan yang diusulkan menunjukkan bahwa penuaan dapat menyebabkan hilangnya aktivitas myoelectrical secara progresif di tuba falopi, aktivitas myoelectrical bertanggung jawab untuk motilitas tuba.
Faktor risiko lain yang terkait dengan peningkatan kejadian kehamilan ektopik termasuk kelainan anatomi rahim seperti rahim berbentuk T atau bicornuate, fibroid atau tumor rahim lainnya.
Kemudian juga operasi perut sebelumnya, kegagalan dengan kontrasepsi progestin saja, dan usus buntu yang pecah.
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR