Nakita.id – Tahukah Moms, warna pup bayi yang berbeda rupanya memiliki maknanya sendiri-sendiri, lo.
Penting bagi orangtua memperhatikan warna dan tekstur bayi setiap harinya.
Dibalik warna dan tekstur kotoran bayi, dapat menghasilkan banyak informasi mengenai kesehatan dan pola makannya.
Terdapat sembilan warna pup bayi yang masing-masing dapat menunjukan sesuatu yang berbeda mengenai pola makan bayi dan masalah kesehatan yang mungkin dialaminya.
Kabar baiknya adalah meskipun warna kotoran bayi dapat sangat bervariasi, terutama selama tahun pertama kehidupannyaa.
Ada banyak warna kotoran yang normal dan perubahan warna tidak selalu menunjukkan adanya masalah.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah berbagai makna dibalik warna pup bayi yang bervariasi.
Kotoran hitam umum terjadi pada bayi baru lahir, dan kotoran pertama bayi cenderung berwarna hitam dan terlihat seperti aspal.
Pup bayi yang berwarna hitam disebut dengan mekonium dan mengandung sisa cairan ketuban, lendir, dan sel kulit.
Bayi mungkin memiliki pup berwarna hitam selama beberapa hari pertama, namun pada kahirnya akan berubah warna berdasarkan pola makannya.
Moms mungkin juga mendapati pup bayi yang berwarna kuning cerah.
Baca Juga: Pup Bayi Normal Seperti Apa? Dokter Spesialis Anak Sebut Orangtua Bisa Menilainya dengan Hal Ini
Kotoran yang berwarna kuning cerah biasanya dapat disebabkan oleh pola makan ibu atau susunan formula.
Meskipun kotoran kuning umumnya normal, kotoran kuning cerah yang sering atau sangat encer dapat mengindikasikan diare.
Jika Moms mencurigai diare, segera hubungi dokter anak agar dapat memberikan penanganan yang tepat.
Kotoran bayi berwarna hijau tua biasanya terjadi setelah bayi mulai makan makanan padat yang berwarna hijau, seperti kacang polong atau bayam.
Jika bayi mengonsumsi zat besi karena kekurangan zat besi, kotorannya juga bisa berubah menjadi hijau tua akibat suplementasi zat besi. Namun, kotoran hijau tua dianggap normal.
Pup bayi yang berwarna abu-abu biasanya tidak dianggap normal pada bayi.
Alih-alih menunjukan pola makan bayi, namun kotoran yang berwarna abu-abu dapat menunjukkan bahwa bayi tidak mencerna makanan dengan baik. Selain itu, hal ini juga bisa menunjukan masalah hati.
Pup yang berwaran cokelat kehijauan paling sering ditemukan pada bayi yang diberikan susu formula.
Bayi yang diberi susu formula dapat memiliki kotoran yang berkisar dari kehijauan hingga kuning.
Tetapi banyak dari bayi ini memiliki kotoran yang muncul sebagai kombinasi dari kedua warna tersebut.
Kotoran bayi yang berwarna kuning kecoklatan terjadi pada bayi yang disusui dan masih dianggap normal.
Baca Juga: Berapa Frekuensi BAB Bayi 2 Bulan? Ternyata Sebanyak Ini Bayi Bisa Pup dalam Sehari
Banyak bayi juga mengalami kotoran berwarna kuning kecoklatan setelah mengeluarkan mekonium, atau feses berwarna hitam, yang dialami bayi setelah lahir.
Kotoran oranye dapat terjadi pada bayi terlepas dari pola makannya, dan warna ini dianggap normal.
Baik bayi yang diberi ASI maupun bayi yang diberi susu formula dapat mengalami kotoran berwarna oranye akibat pigmen tertentu yang terdapat di saluran pencernaan.
Kotoran oranye juga dapat terlihat saat berbagai makanan ditambahkan ke makanan bayi.
Terdapat beberapa alasan mengapa bayi dapat memiliki pup berwarna merah. Baik itu untuk alasan yang normal dan tidak.
Kondisi normal bagi bayi untuk memiliki kotoran berwarna merah setelah makan atau minum makanan atau minuman berwarna merah tua, seperti bit dan jus berwarna, seperti jus tomat.
Jika anak baru-baru ini mengonsumsi makanan atau minuman yang berwarna merah, biasanya tidak apa-apa menunggu untuk melihat apakah kotorannya kembali normal sebelum menghubungi dokter anak.
Namun, sebaliknya, jika Si Kecil tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang merah. Mungkin warna merah tersebut akibat adanya darah pada tinja. Ini dapat terjadi sebagai akibat dari infeksi usus, fisura anus, atau penyebab lainnya.
Anak juga bisa mengalami kotoran berwarna merah akibat alergi susu.
Seperti feses abu-abu, feses putih juga tidak dianggap normal.
Kotoran putih pada bayi menunjukkan masalah pencernaan dan seringkali merupakan tanda bahwa bayi tidak menghasilkan cukup empedu, yang diperlukan untuk mencerna makanan.
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR