Tidak hanya itu bahkan kata-kata kasar pun kerap terucap diantara rentetan emosi. Hal ini akan berakibat sangat buruk bagi anak-anak baik secara kesehatan mental dan fisik mereka.
Anak tidak dapat menyadari letak kesalahan mereka dan justru memiliki ketakutan besar terhadap orangtuanya karena tidak ingin dipukuli.
Berbagai alasan yang kerap dilantunkan para orangtua toxic dalam menekan, membatasi, mengkritik dan menyuruh-nyuruh anak adalah demi kebaikan mereka. Padahal sesungguhnya itu hanyalah sebuah alasan untuk memenuhi ego para orangtua toxic.
Misalnya, orangtua menekan anak mereka supaya belajar giat dan wajib masuk dalam sekolah favorit demi masa depan anak yang cerah. Padahal sebenarnya, itu merupakan ego orangtua toxic yang supaya dapat dibanggakan dalam lingkungan sosialnya.
Tanpa memikirkan kerja keras dan penderitaan anak yang telah mengorbankan waktunya untuk belajar terus menerus, tanpa sempat bersosialisasi dengan teman sebayanya. Padahal sebagai mahluk sosial, anak-anak juga membutuhkan interaksi diluar untuk perkembangan dirinya secara jasmani dan rohani.
Para orangtua toxic juga cenderung terlalu memikirkan kebutuhan dan kesenangan diri sendiri daripada anaknya.
Contohnya menunda membeli kebutuhan sang anak, sementara sang ayah sendiri tak sungkan mengeluarkan uang demi hobinya bermain sepeda.
Demi memuaskan kebahagiaan orangtua, anak dianggap wajib untuk melakukan ini-itu diluar kehendak mereka.
Tanpa memikirkan kebahagiaan sang anak sendiri, orangtua toxic cenderung membuat anak mereka bertanggung jawab untuk membalas budi orangtuanya.
Contohnya, orangtua kerap mengungkit-ungkit kerja keras mereka dalam membesarkan anak, menyinggung biaya yang dihabiskan selama ini untuk menyekolahkan anak mereka.
Tentunya anak-anak sudah paham hal tersebut, tanpa harus diminta mereka akan membalas budi orangtua. Menyinggung masalah seperti ini, hanya membuat orangtua seolah tidak ikhlas membesarkan anaknya.
Baca Juga: Ingin Kepribadian dan Karakter Anak Terbentuk dengan Baik? Coba Terapkan Pola Asuh Ini
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR